Guru dan Sarana Prasarana Sekolah Masih Rendah di Akreditasi Sekolah
Oleh
Ester Lince Napitupulu
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah pada 2018 mengakreditasi 56.855 sekolah/madrasah di 34 provinsi. Hasil akreditasi pada pemenuhan standar nasional pendidikan menunjukkan, kondisi sarana dan prasarana sekolah serta pendidik dan tenaga kependidikan masih belum ideal sesuai ketentuan.
Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah Toni Toharudin pada acara Diskusi Publik Hasil Akreditasi Sekolah/Madrasah Tahun 2018, di Jakarta, Kamis (13/12/2018), mengatakan, pemaparan hasil publikasi sekolah/madrasah dari jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK untuk akuntabilitas. ”Akreditasi ini penjaminan mutu pendidikan, setidaknya sekolah/madrasah memenuhi delapan standar nasional pendidikan,” kata Toni.
Akreditasi ini penjaminan mutu pendidikan, setidaknya sekolah/madrasah memenuhi delapan standar nasional pendidikan.
Toni mengatakan, anggaran akreditasi berasal dari APBN, baik yang dialokasikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Agama. ”Sebenarnya, kuota awal 54.000 sekolah/madrasah, tetapi bisa bertambah. Sampai 10 Desember sudah diakreditasi sebanyak 51.979 sekolah/madrasah,” ujarnya.
Pada tahun akreditasi untuk SMK dilakukan pada satuan pendidikan, bukan bidang keilmuan seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini juga untuk pertama kalinya dilakukan akreditasi pada satuan pendidikan kerja sama.
”Kami ingin membangun kesadaran publik tentang pentingnya akreditasi sebagai penjaminan mutu pendidikan. Karena itu, fokus akreditasi diprioritadkan pada sekolah/madrasah yang belum pernah diakreditasi, sekitar 34 persen. Namun, masih belum bisa menyasar daerah terpencil di Indonesia timur,” kata Toni.
Anggota Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah, Budi Susetyo, mengatakan, akreditasi dilakukan untuk sekolah/madrasah yang belum pernah diakreditasi, sebanyak 17.695 sekolah/madrasah, dan sebagian besar lainnya diakreditasi ulang atau reakreditasi.
Masalah pendidik dan tenaga kependidikan umumnya soal masih sedikitnya guru di sekolah yang memiliki sertifikat pendidik. Ada pula guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.
Kekurangan sarana-prasarana pendidikan mulai dari luas lahan dan bangunan yang tidak sesuai ketentuan hingga daya listrik rendah. Selain itu, banyak sekolahan yang tidak mempunyai perpustakaan ataupun laboratorium untuk mendukung proses pembelajaran.