Tak Dapat Tindakan Medis, Lumba-lumba Terdampar di Kebumen Mati
Oleh
Megandika Wicaksono
·2 menit baca
DOKUMENTASI MANDA K
Lumba lumba yang terdampar di Kebumen akhirnya mati, Rabu (12/12/2018).
KEBUMEN, KOMPAS – Lumba-lumba yang Selasa (11/12/2018) lalu terdampar di Pantai Bopong, Kebumen, Jawa Tengah, akhirnya mati karena tidak mendapatkan perawatan medis. Warga yang berupaya mengevakuasi tidak tahu bagaimana merawat dan tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) belum memiliki jaringan dokter hewan di wilayah Kebumen.
“Sekarang sudah mati. Tadi malam saya sampai jam 22.00 berendam di kolam untuk mengangkat kepala lumba-lumba supaya bisa bernafas. Saat itu masih hidup, tapi apa iya saya harus berendam sehari semalam menunggu lumba-lumba,” kata Manda Kuriyana (23) warga Bopong saat dihubungi dari Banyumas, Rabu (12/12/2018).
Manda adalah warga yang menemukan lumba-lumba itu terdampar lemas lalu kemudian ikut mengevakuasi lalu merawat. Manda mengatakan, dinas terkait seakan mengabaikan, seharusnya mereka langsung datang meninjau. “Kan katanya itu hewan dilindungi. Posisi terluka dan butuh penanganan ahli. Berhubung saya sudah kedinginan dan lumba-lumba juga tidak ada perkembangan, ya saya tinggal. Yang penting saya sudah berusaha maksimal,” kata Manda.
KOMPAS/MEGANDIKA WICAKSONO
Lumba-lumba yang terdampar di Kebumen sempat dievakuasi warga, Selasa (11/12/2018) sore. Tapi kemudian mati karena tidak mendapat tindakan medis.
Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Seksi Konservasi Wilayah Cilacap Teguh A mengatakan, pihaknya tidak bisa segera langsung ke lokasi pada Selasa kemarin karena masih ada pertemuan mengenai TWA (taman wisata alam) dan juga belum memiliki jaringan dokter hewan di wilayah Kebumen. “Tim baru berangkat Rabu pagi ini menuju lokasi,” kata Teguh yang masih dalam perjalanan dari Cilacap ke Kebumen.
Teguh menyampaikan, lumba-lumba atau satwa laut yang terdampar ke pantai antara lain disebabkan oleh gangguan sonar kapal, bencana alam atau gempa di laut, dan juga kemungkinan karena sakit atau berkelahi sehingga terluka. “Jika lumba-lumba sudah mati, maka nanti akan dikubur supaya tidak disalahgunakan warga,” tuturnya.
Menurut Teguh, jaringan dokter yang dimilikinya baru berada di wilayah Purwokerto dan Cilacap. Idealnya, satwa yang terdampar memang perlu segera dievakuasi ke tempat aman dan diberi tindakan medis. “Biasanya dokter memberi vitamin agar satwa sehat kembali,” ujarnya.
ARSIP BKSDA JATENG
Pertolongan Pertama Pada Mamalia Laut Terdampar Hidup
Sejak November 2018, lanjut Teguh, setidaknya ada 4 kejadian satwa laut terdampar dan mati di wilayah Kebumen. Satwa itu adalah lumba-lumba, hiu tutul, dan paus. “Kami juga melakukan investigasi apakah di laut terjadi perburuan satwa ini, misalnya diambil siripnya. Namun dari hasil pengecekan satwa, siripnya masih ada,” tuturnya.
Kepala BKSDA Jawa Tengah Suharman mengatakan, pihaknya memang belum mempunyai dokter hewan. “Maaf kami tidak punya dokter hewan. Baru mau kami koordinasikan hari ini dengan dokter hewan yang biasa menangani lumba-lumba di Kendal dan Batang, tapi keburu mati. Tidak semua dokter hewan paham cara menolong lumba-lumba kecuali yang berpengalaman,” kata Suharman.