[caption id="attachment_9901039" align="alignnone" width="720"] Polda Metro Jaya dan kepolisian Singapura merilis penangkapan sindikat pencuri data kartu kredit di Polda Metro Jaya, Senin (10/12/2018). Kartu kredit yang dicuri datanya dipakai untuk membeli tiket pesawat Singapore Airlines.[/caption]
JAKARTA, KOMPAS - Subdit Resmob Polda Metro Jaya dan Kepolisian Singapura meringkus sindikat pencurian data kartu kredit. Modus sindikat itu menawarkan tiket pesawat Singapores Airlines dengan harga murah. Setelah ada pembeli yang tertarik, sindikat itu membeli tiket Singapore Airlines menggunakan kartu kredit yang dicuri datanya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono, Senin (10/12/2018), mengutarakan, awalnya kepolisian Singapura menangkap J, warga Filipina di Singapura. J adalah penjual tiket Singapore Airlines.
Menurut Argo, J mendapat tiket dari WNI berinisial AH yang ditangkap polisi di Bandung. AH adalah pemilik biro perjalanan yang memiliki cabang di Jakarta dan Bandung. Polisi kemudian menangkap tiga tersangka lainnya yakni A, H, dan R di Medan, Sumatera Utara. Peran A dan H adalah mencuri data kartu kredit, sedangkan peran R meminjamkan rekeningnya untuk menampung uang hasil kejahatan.
“Kerugian Singapore Airlines dalam beberapa tahun akibat perbuatan tersangka sekitar Rp 1 miliar. Mengapa Singapore Airlines yang jadi sasaran, karena harga tiketnya lebih mahal dari maskapai lain,” katanya.
Argo melanjutkan, Singapore Airlines melapor ke Polda Metro Jaya karena merasa dirugikan. Singapore Airlines tidak bisa menagih ke pemilik kartu kredit karena pemilik kartu kredit tidak pernah melakukan transaksi.
Kanit I Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya Komisaris Malvino Edward mengungkapkan, tersangka J dan AH menawarkan tiket Singapore Airlines dengan harga 50 persen lebih murah melalui biro perjalanan miliknya. Apabila ada pembeli yang berminat, J dan AH meminta tersangka A dan H untuk membeli tiket dengan kartu kredit yang telah dicuri datanya.
Menurut Malvino, tersangka A dan H mengirim ribuan surat elektronik ke seluruh dunia secara acak. Surat elektronik itu berisi virus untuk mencuri data pemilik kartu kredit. Untuk mengelabui, surat elektronik itu menyamar sebagai pengumuman pemenang undian atau hadiah kemudian meminta data pribadi.
“Setelah A dan H mendapatkan tiket lalu diserahkan ke AH. Uang hasil penjualan tiket dibagi dua. Ada ratusan kartu kredit yang datanya dicuri,” kata Malvino.
Malvino mengimbau masyarakat untuk hati-hati saat menerima surat elektronik yang meminta data pribadi. Masyarakat juga perlu curiga apabila menemukan penawaran tiket dengan harga jauh lebih murah.
Head Payment Systems Fraud Bank, Commercial Affairs Department kepolisian Singapura, Steven Tan menyampaikan terima kasih kepada Polda Metro Jaya atas komitmennya memberantas kejahatan kartu kredit.