Perkelahian Pemuda dan Pelajar di Bintaro Terencana
Oleh
Neli Triana
·4 menit baca
KRISTIAN OKA PRASETYADI UNTUK KOMPAS
Sebelas remaja usia pelajar terlibat perkelahian dengan kelompok remaja lain dan menyebabkan satu korban jiwa dan tiga orang lainnya luka-luka. Dalam reka kejadian, Senin (10/12/2018), mereka berangkat bersama-sama dari rumah salah satu pelaku.
TANGERANG SELATAN, KOMPAS -- Perkelahian antara dua kelompok pemuda dan pelajar di Jalan Bintaro Utama Sektor III Kelurahan Jurangmangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Minggu (2/12/2018) pagi lalu, telah direncanakan sebagai serangan balas dendam. Insiden tersebut melibatkan siswa SMP dan SMK berusia 13-21 tahun.
Sembilan dari 11 pelaku telah tertangkap. Tujuh pelaku, yaitu RD (21), BKA (17), MSBI (16), SN (17), WTP (15), MY (15), dan S (13) adalah mahasiswa serta pelajar SMK dan SMP. Adapun Ahmad Fauzi Batubara (18) dan Deni Malik Ibrahim (18) tidak bekerja. Dua pelaku lain, Bambang dan Tio, masih buron.
Dalam rekonstruksi perkelahian, Senin (10/12/2018), para pelaku berangkat bersama-sama dengan sepeda motor menuju area Taman Menteng Bintaro sekitar 05.00 WIB. Mereka membawa beberapa senjata tajam seperti celurit, golok, dan klewang. Di tempat yang telah disepakati, Alan Sutadi (24), Ade Irvan Maulana (21), Saddam Rivaldi (24), dan SDMP (15), dan beberapa rekannya telah menunggu.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Tangerang Selatan Ajun Komisaris Alexander mengatakan, duel kedua kelompok telah direncanakan. "Mereka tergabung dalam geng Perguruan Katak Beracun atau PKB, sedangkan lawannya tidak tergabung dalam geng tertentu, hanya kelompok pemuda biasa. Perkelahian ini berawal dari ejek-mengejek di Facebook," kata dia.
Setelah saling mengejek, PKB telah berkelahi dengan kelompok lawannya. Namun, karena kalah, gerombolan remaja itu merencanakan serangan balasan. Pertarungan kedua ini menewaskan Alan Sutadi dan melukai tiga pemuda lainnya.
KRISTIAN OKA PRASETYADI UNTUK KOMPAS
Perkelahian bertempat di Jalan Bintaro Utama Sektor III, Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Dalam perkelahian itu, Ahmad Fauzi, MSBI, Deni Malik, dan dua pelaku lain yang masih dalam pencarian melukai para korban dengan senjata tajam. Serangan itu bahkan dilakukan saat korban hendak melarikan diri. Ade Irvan yang telah jatuh tersungkur pun masih dilukai. Keempat korban menderita luka bacok di kepala, punggung, tangan, serta kakinya.
Usai menyerang, 11 pemuda itu mengambil sepeda motor musuhnya. MY yang berusia 15 dan bertubuh paling kecil dibanding rekan-rekannya pun turut beraksi dengan menyetir motor curian.
Para pelaku ditangkap keesokan paginya dan ditahan di Kepolisian Sektor Pondok Aren selama tujuh hari. Mulai Senin ini, penahanan diperpanjang delapan hari ke depan.
Sembilan remaja itu dikenai Pasal 365 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pencurian dengan kekerasan dan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan juncto Pasal 80 Ayat 3 Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Mereka terancam kurungan maksimal 15 tahun penjara. Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polres Tangerang Selatan Inspektur Satu Sumiran mengatakan, tujuh pelajar didampingi orang tuanya selama pemeriksaan oleh Balai Pemasyarakatan Serang, Banten.
KRISTIAN OKA PRASETYADI UNTUK KOMPAS
Para pelajar yang tergabung dalam geng Perguruan Katak Beracun atau PKB itu telah menghunuskan senjata tajam sebelum bertemu dengan lawan-lawannya.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Sektor Pondok Aren Komisaris Yudho Huntoro mengatakan, ketiga korban saat ini tengah dirawat di Rumah Sakit Sari Asih. Ketiga korban dipastikan segera pulih.
Catatan Kompas (12/9/2018), Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan, tawuran antarpelajar biasanya dipicu masalah sepele, seperti saling ejek melalui media sosial. Untuk menghindari polisi, duel biasanya dilaksanakan dini hari di jalan sepi.
Tekanan kelompok
Ibunda Ahmad Fauzi Batubara, Butet (39), tidak menyangka anaknya terlibat tindak pidana. Ahmad Fauzi biasanya bekerja dan nongkrong di bengkel milik ayahnya di depan rumahnya. "Setelah lulus SMK, sebulan terakhir ini dia mulai jadi ojek online. Katanya jenuh, makanya minta dikreditin motor," kata Butet.
Menurut Butet, Ahmad Fauzi awalnya tidak berminat ikut tawuran. Namun, teman-teman gengnya menghampirinya di bengkel, kemudian mengolok-oloknya karena menolak ikut menyerang lawan.
"Katanya \'ah, cemen lu\'. Akhirnya, namanya anak masih labil, ya, dia ikutan," tutur Butet setelah mengunjungi Ahmad Fauzi di tahanan Polsek Pondok Aren pada Senin siang.
KRISTIAN OKA PRASETYADI UNTUK KOMPAS
Ahmad Fauzi (tengah) ikut dalam perkelahian setelah ditekan secara verbal oleh teman-temannya.
Senada dengan Butet, Hikmah (22) menyatakan, adik iparnya, Deni Malik, ikut dalam perkelahian itu karena ditekan Bambang yang mengetuai PKB. Berdasarkan cerita Deni, Bambang ditantang oleh kelompok lawannya untuk turut membawa anak buahnya.
Setelah melumpuhkan lawan-lawannya, Deni Malik dipaksa Bambang membawa Honda Beat milik korban. "Waktu itu, mereka udah dilihat security. Terus si Bambang maksa adik saya buat bawa itu motor, dikatain \'pengecut\'. padahal sebenarnya dia enggak mau. Tapi karena udah terlanjur kelihatan warga, daripada babak belur, dia jadi bawa motor itu ke rumah. Motor itu juga yang jadi barang bukti polisi," kata Hikmah.
Pengajar Fakuktas Psikologi Universitas Indonesia Ratna Juwita mengatakan, pendapat teman adalah \'norma\' bagi remaja sehingga nilainya menjadi sangat penting, termasuk tekanan verbal seperti \'pengecut\' dan \'cemen\'. Usia remaja adalah masa seseorang mencari identitas sehingga perilaku teman sebaya menjadi patokan.
"Jadi, kalau seorang remaja kurang percaya diri dan dia berusaha diterima oleh teman sebaya yang kebetulan suka tawuran, tekanan verbal ini menjadi sangat berarti. Ini adalah fenomena umum, baik di perkotaan maupun perdesaan," kata Ratna.
Ahmad Fauzi sempat merasa jenuh dengan status penganggurannya, sementara Deni Malik yang tidak lagi memiliki ayah telah putus sekolah. Menurut Ratna, keadaan tersebut dapat membuat remaja rendah diri dan frustrasi sehingga mudah dipengaruhi untuk terlibat dalam kekerasan.