JAKARTA, KOMPAS – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Kepala Humas BNPB Sutopo, Akademisi Universitas Padjadjaran Dedy Mulyana, dan Komisaris Fortune Pramana Rancang Miranty Abidin, meraih anugerah Perhumasan 2018 dalam Konvensi Humas 4.0. Empat tokoh ini dinilai telah menjalankan tugas kehumasan dengan baik dan profesional dalam memperjuangkan dan melayani kebutuhan informasi kepada masyarakat.
Dewan Pakar Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia Nia Sarinastiti mengatakan, penilaian anugerah Perhumasan 2018 dengan komprehensif. Salah satu indikator penilaian seperti prestasi saat menjalankan profesi.
“Ada banyak komponen penilaian yang menjadi acuan. Namun, yang terpenting adalah pengabdian mereka serta respon masyarakat terhadap kinerja para peraih anugerah,” kata Nia di Jakarta, Senin (10/12/2018).
Anugerah Perhumasan 2018 diserahkan langsung oleh Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia Agung Laksamana kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, sebagai Tokoh Pemerintah yang diakui berhasil mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. Namun, Retno Marsudi tidak hadir karena urusan pekerjaan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo, sebagai Tokoh Humas Pemerintah, karena dinilai mampu, konsisten, dan berkomitmen memberikan informasi terbaru mengenai situasi kebencanaan. Dedy Mulyana, sebagai Tokoh Pendidikan Humas, dan Miranty Abidin sebagai tokoh sosial yang berkontribusi memajukan dunia hubungan masyarakat di Indonesia.
Agung mengatakan, anugerah perhumasan sudah berjalan cukup lama. Penilaian berdasarkan media analitis, konten, integritas, dan profesionalisme yang dibangun di bidang kehumasan.
Empat tokoh peraih anugerah Perhumasan 2018 diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi seluruh praktisi humas agar bisa mengembangkan diri dan memperluas wawasan dalam membangun citra bangsa Indonesia.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo mengatakan, mensyukuri penghargaan yang diraih sehingga memacu untuk lebih semangat dalam mendedikasikan dan mengabdi kepada masyarakat melalui pekerjaannya.
Ia menilai, humas harus siap berkerja 24 jam dalam tujuh hari. Kapan saja dihubungi harus bisa melayani, bisa menjelaskan kepada publik berdasarkan basis data.
“Saya selalu mengingat pesan pak presiden untuk terus menjadi inspirasi Indonesia yang selalu bekerja pada kondisi apapun dan dimana pun. Kedepan tantangan semakin besar, kecepatan dan ketepatan harus terus ditingkatkan,” kata Sutopo saat ditemui seusai penganugerahan.
Hal tersebut tidak lepas dari perkembangan teknologi yang sangat pesat. Sutopo menuturkan, media sosial sering kali memberikan informasi yang sangat cepat daripada jalur birokrasi. Informasi dari media sosial harus dianalisis dengan lengkap, jelas, dan bahasa yang mudah dipahami. Setelah itu, informasi disampaikan kepada masyarakat melalui media.
Untuk humas di Indonesia, Sutopo memberikan saran, untuk bekerja dengan hati dan harus melayani publik. “Selama masyarakat masih mengeluh akan informasi yang lambat dan salah, berarti kerja humas masih harus ditingkatkan. Harus terus belajar dan bekerja dengan senang. Ada minat dan cintai setiap pekerjaan,” kata Sutopo.
Selain itu, Sutopo juga berterimakasih kepada media karena tanpa media BNPB tidak memiliki arti. Media menjadi pengganda bagi BNPB karena penyaluran informasi dari media yang mampu mempengaruhi keputusan politik terkait kebencanaan yang berdampak pada masyarakat. Oleh karena itu, kolaborasi dan sinergi bersama perlu ditingkatkan
Sebelumnya di Istana Negara, Presiden Joko Widodo saat sambutan dan pembukaan Konvensi Humas 4.0 mengatakan, praktisi humas memiliki peran penting dalam membangun kepercayaan dengan masyarakat.
“Humas instansi, baik di pemerintah maupun perusahaan pasti berkerja untuk membangun reputasi lembaganya. Namun, yang perlu diingat jangan sampai tujuan tersebut dicapai dengan memberitakan keburukan pihak lain atau menebar hoaks dan ujaran kebencian,” kata Presiden. (AGUIDO ADRI)