Rambu Kahi sedang gelisah. Ibunya, Ina Andu, sebentar lagi berulang tahun. Namun, ia masih belum menemukan hadiah yang pas untuk orang terkasihnya itu.
Ia pun teringat neneknya, Apu Margaretha, pernah mengajarkan cara membuat kain tenun ikat. Rambu Kahi pun mulai menenun selembar kain dengan motif yang berbentuk seperti rahim seorang perempuan, atau yang disebut mamuli. Motif itu menyimbolkan bahwa ia dilahirkan dari rahim ibunya.
Pada hari ulang tahun ibunya, Rambu Kahi memanggil ibunya dan menyerahkan hadiah itu. Ina Andu terharu dan langsung memeluk putrinya. Rambu Kahi bahagia ibunya senang dengan hadiah khususnya itu.
Kehidupan sederhana masyarakat Sumba kini diabadikan melalui sebuah buku cerita anak-anak sederhana yang berjudul Kisah dari Sumba oleh Maria Monica Wihardja. Buku tersebut merupakan buku ketiga dari proyek buku Anak-anak Lintas Nusantara. Dalam buku ini, terdapat lima cerita yang memotret agama, budaya, tradisi, bahasa, sejarah, dan alam Sumba.
Sumba adalah sebuah pulau yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau ini memiliki empat wilayah, yaitu Kabupaten Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Barat Daya. Sumba terkenal dengan pemandangan sabana yang mengagumkan, kain tenun yang memikat, dan desa adat bersejarah sejak zaman megalitikum.
Penyunting Kisah dari Sumba dari Penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP), Damar Sasongko, seusai peluncuran Kisah dari Sumba di Jakarta, Sabtu (8/12/2018), mengatakan, buku tersebut merupakan salah satu media untuk memperkenalkan keragaman Indonesia dari penjuru Tanah Air kepada anak-anak.
Menurut Damar, masih sedikit buku yang menceritakan kehidupan masyarakat di daerah pelosok. Selain itu, pada umumnya buku cerita anak-anak lebih membahas cerita rakyat (folklore). ”Cerita tentang kegiatan sehari-hari membuat anak-anak lebih mengerti dengan kehidupan dan masalah yang terjadi di Sumba,” ucapnya.
Buku tersebut sarat dengan penggambaran budaya masyarakat Sumba. Contohnya adalah pembahasan kegiatan menenun kain dan perlombaan pasola atau lomba lempar lembing sambil berkuda. Masalah sosial juga dibahas, seperti pandangan masyarakat tentang agama pribumi, yaitu marapu.
Salah satu masalah kesehatan yang menjadi pembahasan di dalam buku adalah rentannya anak-anak Sumba terkena cacingan. Kerentanan itu disebabkan belum terbiasanya anak-anak mencuci tangan sebelum makan.
Kisah dari Sumba ditulis dari sudut pandang anak-anak dan dilengkapi kartun yang disesuaikan dengan potret penduduk dan alam Sumba. Warna-warna alam mendominasi gambar kartun, seperti coklat, hijau, merah, dan kuning.
Salah satu ilustrator Kisah dari Sumba, Wastan Haikal, menyebutkan, ia bersama rekannya, Kathrinna Rakhmavika, pergi ke Sumba selama lima hari untuk melihat langsung kehidupan di sana. ”Kami lihat gerak-gerik orang disana. Ilustrasi kami menceritakan apa adanya tentang Sumba,” katanya.
Rambu Margaretha, penduduk Sumba Timur yang menjadi narasumber Kisah dari Sumba, mengatakan, Sumba kaya dengan budaya. Budaya tersebut juga diceritakan melalui motif yang ada pada kain tenun ikat.