Pedagang Berharap Dipindahkan ke Jembatan Multiguna
Oleh
Andy Riza Hidayat
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, merespons positif rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memindahkan mereka ke Jembatan Penyeberangan Multiguna atau JPM. Namun, mereka berharap semua PKL dipindahkan dari trotoar agar kios di JPM tidak sepi.
Febra Ariyanti (44), PKL yang dipindahkan ke JPM, merespons positif relokasi PKL dari trotoar. Apalagi di kios JPM, pedagang hanya dipungut biaya retribusi Rp 500.000 per bulan tanpa uang sewa. Retribusi tersebut untuk biaya listrik, kebersihan, dan keamanan.
Meski demikian, Febra masih belum memiliki gambaran apakah setelah pindah dagangannya akan ramai atau tidak. “Setelah dijalani, akan tahu bagaimana jadinya. Kalau lengang, bisa jadi kembali ke bawah (trotoar),” kata Febra ketika melihat kiosnya di JPM Tanah Abang, Jumat (7/12/2018).
Febra mengharapkan, semua PKL di trotoar dipindahkan. Dengan demikian, pelanggan yang terbiasa belanja di sana mau berbelanja ke JPM. “Mudah-mudahan di bawah benar-benar bersih dari PKL. Kalau tidak, di JPM tidak akan ramai,” ujarnya.
Respons senada juga diungkapkan oleh Nia Febriani (22), PKL lainnya yang dipindahkan ke JPM. Menurut Nia, kios yang akan ditempatinya di JPM relatif nyaman karena lebih sejuk. Biaya yang dikeluarkan untuk bisa menempati kios di JPM juga tidak mahal.
“Kalau di trotoar, saya harus membayar sewa tempat Rp 5 juta per bulan kepada penduduk di sekitar sini. Belum lagi ada kutipan-kutipan dari oknum di Tanah Abang. Sehari bisa dikutip lima kali, Rp 1.000-Rp10.000. Kalau hari ramai, seperti Senin, Kamis, Sabtu, dan Minggu, kutipan bisa sampai sepuluh kali,” ujarnya.
Meskipun menyambut baik relokasi, Nia masih bingung bagaimana nasib dagangannya ke depan. Sebagian pelanggan, apalagi ibu-ibu lansia, mengatakan, tempat di JPM terlalu jauh, sedangkan sebagian lainnya menyambut baik. Nia menduga, untuk awal-awal, dagangan di JPM tidak akan seramai di trotoar karena harus mencari pelanggan baru.
Nia juga mengharapkan semua PKL direlokasi. Nia menjelaskan, dirinya sudah tiga tahun berdagang pakaian di Tanah Abang. Sebelum menjadi PKL, dia pernah setahun berdagang di sebuah toko di Jalan Jati Baru 3, Tanah Abang. Namun, karena pendapatannya terus tergerus, baik karena kehadiran PKL, banyaknya pedagang, maupun penurunan daya beli, dia hari akhirnya ikut-ikutan menjadi PKL.
“Dagangan saya tekor terus. Akhirnya pindah ke kaki lima. Yang lain juga banyak yang pindah. Omzet di kaki lima lebih besar daripada toko. Di toko, untuk mendapatkan omzet Rp 1 juta sehari saja susah. Kalau di kaki lima, omzet rata-rata sehari Rp 1,5 juta,” ujarnya.
JPM Tanah Abang yang berada di atas Jalan Jatibaru memiliki panjang 386,4 meter dan lebar 12,6 meter. Selain mengintegrasikan pasar, stasiun kereta rel listrik, dan halte, JPM juga diupayakan menjadi solusi dari banyak PKL di sepanjang trotoar Jalan Jatibaru. Pemprov menyediakan 446 kios berukuran 1,5 meter x 2 meter dan tinggi sekitar 1 meter di JPM untuk para PKL.
Uji coba lintasan JPM dimulai pada Jumat pagi untuk pejalan kaki yang hendak mengakses stasiun, halte, dan pasar di Tanah Abang. Berdasarkan jadwal di pengumuman dekat JPM, uji coba berlangsung dari pukul 07.00-18.00. Bersamaan dengan itu, pengelola pedagang di JPM juga menggelar penandatanganan perjanjian dengan pedagang dan membagikan tanda identitas pedagang.
Donni Simanihuruk, staf pengelola pedagang di JPM Tanah Abang, mengatakan, penandatangan surat perjanjian dan tanda identitas berlangsung sejak kemarin. “Kemarin dan hari ini sudah 1-200 pedagang. Besok kita targetkan selesai semuanya, 446 pedagang,” katanya. Donni menambahkan, meski belum tahun pasti jadwalnya, PKL akan segera dipindahkan ke kios di JPM.
Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin, Senin (15/10/2018), mengatakan, ada sekitar 600 PKL yang tercatat. Sementara itu, kios yang tersedia di JPM hanya 446 buah. Arief mengatakan, para PKL yang tidak tertampung di JPM akan dialihkan ke Pasar Tanah Abang Blok F (Kompas, 17/10/2018).
Pantauan di trotoar Jalan Jatibaru di seberang Stasiun Tanah Abang, Jumat siang, para PKL masih menggelar dagangan seperti biasa. Selain itu di balik pagar antara trotoar dan Jalan Jati Baru, sejumlah pedagang makanan juga menggelar dagangan ataupun memarkir gerobaknya di bagian pinggir badan jalan. Para pejalan kaki juga memakai pinggiran badan jalan karena tidak ada trotoar bagi mereka. (YOLA SASTRA)