JAKARTA, KOMPAS — Dalam beberapa hari ke depan, sejumlah wilayah di Jabodetabek berpotensi mengalami hujan disertai angin kencang pada sore dan malam hari. Masyarakat patut mewaspadai ancaman banjir pada rentang waktu tersebut.
Kepala Subbidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala mengatakan, frekuensi hujan di wilayah Jabodetabek akan lebih intens terjadi pada sore hingga malam hari. Hujan cenderung tidak merata di seluruh wilayah.
”Wilayah DKI Jakarta dominan di Jakarta Selatan. Jika lingkup Jabodetabek, Bogor dan Depok yang paling dominan,” ujar Agie saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (7/12/2018).
Menurut dia, potensi hujan dengan karakteristik tersebut diprediksi akan berlangsung dalam tiga hingga empat hari ke depan. Masyarakat patut waspada mengingat hujan juga akan disertai dengan angin kencang, terutama terkait ancaman banjir.
Seperti yang terjadi di RT 004 RW 004 Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, air menggenang di halaman rumah warga sekitar pukul 23.00 pada Kamis (6/12/2018). Hal itu terjadi lantaran meluapnya Kali Sunter yang berbatasan dengan permukiman.
”Kali Sunter, Kamis malam, meluap ke halaman rumah warga. Tingginya sekitar 30 sentimeter,” kata Pengawas Kebersihan Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Bayu Santika.
Warga di bantaran Kali Ciliwung DKI Jakarta juga patut mewaspadai banjir mengingat kawasan Bogor dan Depok berpotensi di guyur hujan pada sore hingga malam. Biasanya, debit air dari Kali Ciliwung Bogor akan tiba di Jakarta dalam waktu 8-9 jam.
”Kalau di Bogor sore hujan deras sudah pasti airnya bakalan sampai sini pada malam atau dini hari. Kadang kami tidak bisa tidur,” ujar Andri, warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur.
Tinggi permukaan meningkat
Berdasarkan data pengamatan dari Komunitas Peduli Sungai Cikeas Cileungsi (KP2C), peningkatan tinggi permukaan air juga terjadi di pertemuan dua sungai tersebut dari Kamis sore hingga malam. Lokasi tersebut terdapat di perbatasan antara Jatiasih, Bekasi, dan Bojongkulur, Kabupaten Bogor.
Pada Kamis pukul 16.30, ketinggian permukiman air adalah 67 sentimeter. Akibat hujan deras di kawasan Bogor, ketinggiannya meningkat menjadi 219 sentimeter pada pukul 17.30. Bahkan, pada pukul 19.00 setinggi 345 sentimeter. Adapun batas normal ketinggian permukaan air adalah 300 sentimeter.
”Ada peningkatan meskipun masih cenderung aman,” kata Ketua KP2C Puarman.
Kepala Satuan Pelaksana UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rohmat mengatakan, ketinggian permukaan air di Pintu Air Manggarai meningkat pada Jumat pagi. Ketinggiannya mencapai 700 sentimeter. Normalnya, ketinggian hanya berkisar 650 sentimeter.
”Kami pasti akan tambah petugas kalau tinggi muka air bertambah. Sekarang ada 15 orang yang bertugas,” kata Rohmat.
Angkat sampah
Sejumlah petugas juga tampak sibuk mengangkat sampah dari Pintu Air Manggarai pada Jumat siang. Setidaknya sudah ada 10 truk sampah yang mengangkut pada siang itu.
”Pengangkutan terus berlangsung. Satu hari sebelumnya sekitar 15 truk yang mengangkut,” ujarnya.
Menghadapi musim hujan tahun ini, beberapa warga memanfaatkan aplikasi Pantau Banjir untuk melihat seberapa ketinggian muka air di wilayah Bogor dan Depok. Dengan begitu, mereka bisa mempersiapkan diri.
”Kami selalu tenang kalau hujan hanya di Jakarta. Tapi, kalau sudah Bogor yang hujan deras, baru kami pantau terus lewat aplikasi,” kata Zunaidi (52), Ketua RT 008 RW 004 Kelurahan Kebon Manggis (Kompas, 16/11/2018). (FAJAR RAMADHAN)