PALANGKARAYA, KOMPAS — Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Fahrizal Fitri diperiksa KPK pada Rabu (5/12/2018) kemarin. Ia diperiksa berkaitan dengan penetapan empat anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah dan tiga pengusaha sawit atas dugaan suap soal pencemaran Danau Sembuluh di Kabupaten Seruyan.
”Saya diperiksa dari pukul 11.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB dengan total 17 pertanyaan, saya saat itu diperiksa sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup,” kata Fahrizal di sela-sela Rapat Koordinasi Restorasi Gambut di Palangkaraya, Kamis (6/12/2018).
Sebelumnya, KPK melakukan OTT terhadap 14 anggota DPRD Provinsi Kalteng dan pengusaha sawit di Kalteng dengan barang bukti uang Rp 240 juta. Dari 14 orang, terdapat 7 orang yang menjadi tersangka, yakni 4 anggota DPRD Provinsi dan 3 pengusaha sawit.
Fahrizal menambahkan, ia ditanya terkait pencemaran limbah sawit di Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan, Kalteng. Ia tak mengetahui kalau ada dugaan suap terkait hal tersebut.
”Setelah muncul di media, kami koordinasi dengan Kabupaten Seruyan. Kami lalu turun ke lokasi melihat langsung dan melakukan uji air di danau,” kata Fahrizal.
Ia menjelaskan, pihaknya mengambil tiga sampel di Danau Sembuluh. Hasil uji laboratorium daerah, air di Danau Sembuluh masih dalam kategori belum tercemar.
”Airnya tidak bisa membuat ikan mati dalam jumlah banyak. Tak ada pencemaran di danau itu dan saya juga sudah sampaikan itu kepada KPK,” kata Fahrizal.
Pada awal September, Kompas ke Danau Sembuluh yang membutuhkan waktu sekitar 10 jam dari Kota Palangkaraya, Kalteng. Namun, di lokasi tersebut banyak ikan mati di pinggir danau, air pun secara kasatmata terlihat berminyak.
Selain ikan mati, banyak tanaman eceng gondok di pinggir danau. Air danau terbesar di Kalteng tersebut juga tidak lagi dikonsumsi masyarakat sekitar.
Wardian (60), warga Desa Danau Sembuluh I, mengungkapkan, sejak ada perkebunan sawit, masyarakat tak lagi mengonsumsi air danau. Banyak ikan lokal yang hilang dan tak lagi dijala para nelayan.
”Dulu anak-anak sekolah berenang sambil minum air. Banyak ikan, seperti arwana, tak ada lagi. Saya juga lihat mobil limbah membuang limbahnya langsung ke danau,” ungkap Wardian.
Menurut Wardian, perubahan air danau sangat jauh terasa. Meskipun secara uji laboratorium tak ada pencemaran, perubahan air danau juga mengubah kehidupan masyarakat 10 desa di sekitar Danau Sembuluh.