YOGYAKARTA, KOMPAS — Penataan kawasan perkotaan yang ramah penyandang disabilitas tak cukup sebatas menyediakan fasilitas. Pemerintah dan masyarakat juga wajib memelihara fasilitas bangunan atau jalan yang ada tetap terawat sehingga berkelanjutan.
”Jangan anggap setelah infrastruktur selesai dibangun, pekerjaan selesai. Infrastruktur penting dan mendasar, tetapi harus diikuti perawatan baik dalam konteks melayani penyandang disabilitas,” kata Koordinator Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta FX Harry Wijaya seusai memantau penataan trotoar di kawasan Kotabaru, Selasa (4/12/2018).
Trotoar yang ditata ada di sepanjang Jalan Suroto, Kota Yogyakarta. Awalnya, trotoar di jalan sepanjang sekitar 400 meter itu memiliki lebar 1,5 meter. Kini, trotoar tersebut dilebarkan menjadi 2,4 meter sehingga bisa dilalui kursi roda.
Selain itu, trotoar juga dilengkapi guiding block yang membantu penyandang tunanetra berjalan di sana. Namun, belum semua guiding block terpasang.
Trotoar tak kami buat menyesuaikan jalan yang ada. Tetapi, jalan yang menyesuaikan trotoar.
Harry mengharapkan agar penataan tak sekadar memenuhi peraturan atas penyediaan ruang publik yang ramah terhadap penyandang disabilitas. Fasilitas itu harus dirawat secara baik.
”Biaya pembuatan infrastruktur ramah disabilitas ini harus disertai penganggaran perawatan. Diikuti kebiasaan melayani disabilitas. Tidak bisa sebatas memenuhi peraturan untuk membuat ruang publik ramah disabilitas saja,” ujarnya.
Kota ramah disabilitas bisa diwujudkan jika ada komitmen pemerintah dan masyarakat untuk bersama merawat fasilitas publik. Fasilitas publik jangan sampai dirusak masyarakat sendiri.
Berdasarkan pengalaman, kata Harry, kerap kali guiding block itu hilang. ”Kami menekankan sebuah tema, yaitu mari rawat dengan apa yang sudah baik ini. Dirawat, disempurnakan, dengan perawatan dan pembinaan masyarakat,” kata Harry.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono mengatakan, pihaknya telah menganggarkan biaya pemeliharaan trotoar itu. Ia tidak akan berhenti pada pembangunan infrastrukturnya. ”Setelah selesai pembangunan tentu ada pemeliharaan sarana dan prasarana itu nanti,” katanya.
Harry mengungkapkan, penyandang disabilitas dikedepankan dalam penataan kawasan Kotabaru. Kawasan akan jadi contoh bagi Pemerintah Kota Yogyakarta guna membangun ruang publik ramah disabilitas lainnya. Itu dicontohkan dengan penyambungan trotoar yang ada di antara jalan-jalan sirip sepanjang kawasan penataan itu.
”Disabilitas kami junjung tinggi. Trotoar tak kami buat menyesuaikan jalan yang ada. Tetapi, jalan yang menyesuaikan trotoar,” kata Harry.
Trotoar disambungkan dengan mengiris jalan sirip. Material jalan sirip yang semula terbuat dari aspal dibongkar sebagian, diganti material pembuat trotoar. Nantinya, trotoar yang mengiris jalan sirip itu akan dipasang guiding block.
Kepala Bidang Binamarga Dinas PUPKP Kota Yogyakarta Umi Akhsanti menyampaikan, saat ini progres penataan sudah mencapai 95 persen. Penataan itu telah memasuki tahap penyelesaian. ”Target kami, pengerjaan selesai pada 23 Desember ini. Tetapi, kami berharap, pertengahan Desember nanti sudah selesai semua pengerjaannya,” kata Umi.
Selain itu, Umi memastikan, lampu penerangan jalan dan rambu-rambu lalu lintas tidak akan dipasang di tengah-tengah trotoar, tetapi di sisi dalam trotoar agar tak menghalangi pejalan kaki.