Korban Selamat: 19 Pekerja PT Istaka Karya Dieksekusi di Bukit Kabo
Oleh
Fabio Costa
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Sebanyak 19 pekerja PT Istaka Karya dieksekusi kelompok kriminal bersenjata di bawah pimpinan Egianus Kogoya di puncak Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua pada Minggu (2/12/2018). Hal ini terungkap dari kesaksian salah satu pekerja yang berhasil dievakuasi ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya, yakni Jimy Aritonang.
Demikian rilis dari Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih yang diterima Kompas di Jayapura pada Rabu (5/12).
Pria berusia 31 tahun ini menceritakan, awalnya sebanyak 25 pekerja tidak beraktivitas pada Sabtu (1/12). Hal ini disebabkan adanya peringatan kemerdekaan Papua oleh pihak kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus. Peringatan ini ditandai dengan acara bakar batu bersama warga setempat.
Sekitar pukul 15.00 WIT, tiba-tiba 50 anggota KKB dengan senjata mendatangi kamp pekerja Istaka Karya di Yigi. Semua pekerja diikat tangannya kemudian dipaksa berjalan kaki ke Kali Karunggame.
Kemudian, pada Minggu sekitar pukul 07.00 WIT, kelompok Egianus memaksa semua pekerja berjalan kaki ke puncak Bukit Kabo untuk dieksekusi.
Saat tiba di puncak Kabo, ke-25 pekerja disuruh membuat lima barisan dan berjongkok. Setiap baris terdiri dari lima pekerja. Kemudian KKB langsung melepaskan tembakan secara membabi buta.
Usai melakukan aksinya, KKB langsung menari sambil meneriakkan yel-yel. Mereka kemudian langsung meninggalkan lokasi kejadian. Namun, sebanyak 11 pekerja masih hidup karena berpura-pura mati. Salah satunya adalah Jimy.
Distrik Mbua
Ke-11 korban selamat itu kemudian melarikan diri ke Distrik Mbua. Namun, KKB melihat para pekerja tersebut dan kembali mengejar mereka. KKB pun menangkap lima pekerja dan langsung membunuh mereka di tempat. Sementara enam pekerja berhasil kabur ke Mbua.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel (Inf) Muhammad Aidi, saat dihubungi dari Jayapura, Rabu, menuturkan, hanya empat pekerja yang berhasil melarikan diri ke pos pengamanan TNI di Mbua. Adapun dua pekerja lainnya belum diketahui nasibnya.
Empat pekerja yang selamat ini adalah Jimy, Martinus Sampe Pauliling (23) dengan luka di kaki sebelah kiri, Ayub (21) luka di tangan, dan Jefri (20) dengan luka di kepala serta kedua tangannya.
Ia pun mengungkapkan, pihak KKB mengejar empat pekerja ini hingga pos TNI di Mbua. Mereka pun menembak dan menyerang 30 personel di pos dengan tombak serta batu pada Senin (3/12) pukul 05.00 WIT.
Kontak senjata antara aparat di pos dan KKB berlangsung hingga pukul 21.00 WIT. Serangan KKB mendadak di tengah suasana yang gelap dan berkabut.
Dalam peristiwa itu, Sersan Dua Handoko gugur dan Prajurit Satu Sugeng mengalami luka di lengan saat berupaya melindungi para pekerja Istaka Karya di pos.
"Situasi keamanan di Mbua berhasil dikendalikan setelah kedatangan 153 personel gabungan TNI dan Polri pada Selasa (4/12) kemarin. Empat pekerja beserta delapan warga yang bekerja sebagai buruh bangunan di Mbua berhasil dievakuasi ke Wamena," ungkap Aidi.
Tuntaskan evakuasi
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, tim gabungan akan berupaya menuntaskan upaya evakuasi para pekerja di Puncak Kabo dan Yigi pada Rabu ini.
"Hingga saat ini kami belum dapat memastikan jumlah pekerja yang berada di Yigi. Mudah-mudahan seluruh proses evakuasi berjalan lancar dan para pekerja dalam kondisi selamat," tutur Ahmad.
Ia pun menegaskan, tim gabungan juga akan mengejar kelompok Egianus.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional XVIII Papua Osman Marbun mengakui, Jalan Trans-Papua dari Wamena ke Mamugu belum dapat tersambung karena membutuhkan 35 unit jembatan.
Adapun PT Istaka Karya mengerjakan sebanyak 14 unit jembatan dan PT Brantas Karya mengerjakan 21 unit jembatan. Pembangunan Jalan Trans-Papua yang menghubungkan Asmat, Nduga, dan Jayawijaya sepanjang 284 kilometer itu dikerjakan sejak tahun 2015. Rutenya adalah Wamena, Habema, Mbua, Mugi, Paro, Kenyam, Batas Batu, dan Mamugu.
Jalan tersebut untuk menekan tingginya harga barang di daerah pegunungan Papua. Selama ini distribusi barang ke wilayah itu harus menggunakan pesawat terbang.
"Selama ini hanya Istaka Karya yang berani mengerjakan pembangunan jembatan di Nduga. Sementara pihak Brantas sudah tidak mengerjakan proyek itu selama empat bulan karena para pekerjanya merasa ketakutan dengan aksi teror kelompok tersebut," ungkap Osman.