Satu Ruang Kelas SD Hancur Tertimpa Longsoran Talut
Oleh
Megandika Wicaksono
·3 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Satu ruang kelas dan dapur di SDN 3 Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, hancur karena tertimpa talut yang longsor pada Selasa (4/12/2018) dini hari. Tidak ada korban jiwa. Namun, aktivitas ujian akhir semester terganggu dan sebagian siswa terpaksa mengerjakan soal ujian di teras kelas.
”Talut di samping kelas jebol dan menimpa kelas pada Selasa pukul 01.00. Talut runtuh karena tanahnya labil dan juga hujan deras turun sejak Senin sekitar pukul 15.00,” kata Kepala SDN 3 Gumelem Kulon Slamet, Selasa, saat membersihkan puing-puing bangunan bersama sejumlah sukarelawan, perangkat desa, dan guru.
Slamet mengatakan, talut berukuran panjang 15 meter dengan tinggi mencapai 7 meter itu sudah retak-retak sejak dua bulan lalu. Lokasi sekolah dasar yang berada di wilayah lereng perbukitan membuat pembangunan ruang-ruang kelas bagaikan berada di terasering.
”Akibat longsor ini, tiga ruang kelas yang ada di sisi atas juga terancam longsor, yaitu ruang kelas I, II, dan III,” kata Slamet.
Sejak dua bulan lalu, untuk mengantisipasi longsor yang terjadi saat kegiatan belajar-mengajar pada siang hari, pihak sekolah mengalihfungsikan ruang kelas VI yang berada di bagian paling bawah sekolah itu sebagai ruangan perpustakaan.
”Anak-anak kelas VI yang berjumlah 25 orang belajar di ruangan kelas IV dan siswa kelas IV yang berjumlah 22 orang belajar di dalam ruangan perpustakaan,” kata Slamet.
Pada Selasa siang, bangunan ruang kelas VI yang berukuran 7 meter x 5 meter dan difungsikan sebagai perpustakaan porak poranda. Tembok bagian belakang runtuh. Atapnya ambles dan tersisa kerangka-kerangka baja. Rak-rak buku penyok. Buku-buku kotor dan basah. Selain ruang kelas VI, longsor juga menimpa dapur sekolah yang berada di sebelah ruang guru. Dapur berukuran 2 meter x 7 meter itu juga hancur di bagian belakang dan atapnya jebol.
”Nanti jika tidak memungkinkan memakai ruang kelas, kami akan meminta bantuan warga agar rumahnya bisa dipakai untuk kegiatan sekolah,” kata Slamet.
Suci (10), siswi kelas III, mengaku takut berada di dalam kelas karena sekolahnya terkena longsor. ”Tadi mengerjakan ujian semester di luar kelas. Takut tanahnya longsor,” ujarnya.
Kepala Desa Gumelem Kulon Arief Machbub mengatakan, desanya dengan luas 812 hektar berada di areal perbukitan dan rawan longsor. ”Sekitar 75 persen areal desa ini rawan longsor karena berada di atas perbukitan. Tingginya lebih kurang 1.000 meter di atas permukaan laut,” katanya.
Arief mengatakan, pada 2015 longsor pernah terjadi di desanya dan menewaskan 6 warganya. ”Kami selalu mengimbau warga untuk waspada dan berhati-hati terutama saat hujan deras turun,” tuturnya.
Kewaspadaan antarwarga ditingkatkan dengan siskamling pada malam hari, memasang rambu peringatan rawan longsor, dan memberikan pesan berantai di grup WA kepada warga.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara Arief Rahman menyampaikan, pihaknya masih berkoordinasi dengan dinas pekerjaan umum dan dinas pendidikan untuk menentukan langkah penanganan talut yang longsor itu. Kondisi tanah akan dikaji apakah layak untuk pembangunaan ulang talut ataukah dipasang beronjong untuk menahan bangunan sekolah itu.