PBB: Kekerasan Seksual di Sudan Selatan Sangat Mengerikan
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
Lebih dari 150 perempuan dewasa dan anak-anak perempuan di Sudan Selatan dalam 12 hari terakhir berusaha mencari bantuan setelah mereka menjadi korban pemerkosaan atau kekerasan seksual lainnya di negeri itu. Sejumlah pria bersenjata, banyak di antara mereka pria berseragam, melancarkan serangan dan pemerkosaan di dekat kota Bentiu, wilayah utara Sudan Selatan.
Hal tersebut terungkap dalam pernyataan bersama tiga pejabat dari tiga lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (4/12/2018). Ketiga pejabat itu adalah Kepala Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) Henrietta Fore, Kepala Bantuan PBB Mark Lowcock, dan Direktur Dana Populasi PBB Natalia Kanem.
Ketiganya mengecam serangan yang dilancarkan oleh pria bersenjata tersebut. Mereka meminta Pemerintah Sudan Selatan membawa para pelaku pemerkosaan itu ke pengadilan.
Organisasi Dokter Lintas Batas (Doctors Without Borders/MSF) pekan lalu mengatakan, sebanyak 125 perempuan dewasa dan anak-anak perempuan yang mengungsi di Sudan Selatan diperkosa saat mereka sedang berjalan ke pusat distribusi makanan darurat yang didirikan oleh lembaga bantuan internasional.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam serangan tersebut. ”Tindakan yang mengerikan ini adalah pengingat yang menyedihkan bahwa meskipun sudah ada komitmen baru-baru ini dari para pemimpin Sudan Selatan untuk penghentian permusuhan dan perjanjian perdamaian yang direvitalisasi, situasi keamanan bagi warga sipil tetap mengerikan, terutama bagi perempuan dan anak-anak,” demikian pernyataan Guterres.
Guterres mendesak semua pihak yang terkait konflik di negeri itu, serta kepada pemimpin masa depan di Sudan Selatan untuk menjamin keamanan warga sipil dan mengatasi masalah kekebalan dalam kejahatan ini melalui penyelidikan dan penuntutan terhadap para pelaku.
PBB mengeluarkan pernyataan bahwa sejak perang terjadi pada 2013, tingkat kekerasan seksual di Sudan Selatan sangat mengerikan. Pada paruh pertama tahun 2018, sekitar 2.300 kasus dilaporkan. Sebagian besar kasus yang dilaporkan menarget perempuan dewasa dan anak-anak perempuan. Lebih dari 20 persen korban adalah anak-anak perempuan.
Ketiga lembaga di bawah naungan PBB tersebut mengatakan bahwa jumlah pemerkosaan yang sebenarnya jauh lebih tinggi karena banyak kekerasan seksual tidak dilaporkan. MSF mengatakan, selain diperkosa, banyak korban dicambuk, dipukul atau dipukuli dengan tongkat dan popor senapan. Tidak hanya itu, pakaian, sepatu, uang, dan kartu jatah mereka untuk mendapatkan bantuan makanan pun dirampok.
”Selama lebih dari tiga tahun bekerja di Sudan Selatan, saya belum pernah melihat jumlah korban kekerasan seksual yang meningkat secara dramatis yang datang kepada kami untuk mencari perawatan medis,” kata Ruth Okello, bidan MSF di Sudan Selatan.
Panel ahli PBB bulan lalu melaporkan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa kekerasan seksual dan pelanggaran hak asasi manusia di Sudan Selatan sangat mengkhawatirkan. Terkait insiden ini, Dewan Keamanan PBB akan membahas krisis di Sudan Selatan pada 18 Desember 2018. (AFP)