Meski Jumlah Wisatawan Asing yang Datang Meningkat, Daya Belinya Rendah
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah belum menyeleksi kualitas wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Wisatawan mancanegara dengan daya beli tinggi dapat memberikan kontribusi yang lebih tinggi pada devisa negara walau datang dalam jumlah kecil.
Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia terus meningkat secara bertahap. Sebanyak 11,83 juta wisatawan datang pada periode Januari-Oktober 2017. Sementara 13,24 juta wisatawan datang pada periode yang sama tahun 2018. Pada 2019, target wisatawan yang datang sekitar 20 juta orang.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri, dalam Diskusi Panel Ekonomi Kompas: Mengantisipasi Situasi Ekonomi dan Politik 2019 di Jakarta, Selasa (4/12/2018), mengatakan, wisatawan yang datang ke Indonesia pada saat ini masih didominasi oleh turis dengan daya beli rendah.
”Turis asing dari Amerika Serikat dan Eropa biasanya memiliki daya beli yang tinggi dan masa tinggal yang lebih lama,” kata Faisal.
Turut hadir dalam diskusi tersebut Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Ari Kuncoro, Kepala Ekonom dan Riset PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja, pengajar Sekolah Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan mantan Menteri Sekretaris Negara Bambang Kesowo, serta Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy.
Data BPS menyatakan, pada 2017, wisatawan terbanyak berasal dari Malaysia sebesar 2,12 juta orang, China 2,09 juta orang, Singapura 1,56 juta orang, dan Australia 1,26 juta orang. Wisatawan lainnya berasal dari India, Jepang, Inggris, dan AS.
Menurut Faisal, wisatawan yang datang dari negara terdekat cenderung menghabiskan waktu singkat berlibur ke Indonesia, seperti sekadar berolahraga dan berbelanja di pasar modern.
Ari Kuncoro berpendapat, wisatawan berkualitas dari negara-negara tetangga telah berkunjung ke Indonesia. ”Namun, pemerintah belum berpikir untuk membuat mereka menjadi pengunjung tetap,” ujarnya.
Potensi wisatawan dari negara Asia untuk digarap sebenarnya lebih besar. Berbeda dengan AS dan Eropa, wisatawan Asia memiliki jadwal berlibur yang lebih fleksibel dan kerap tidak terjadwal.
Perlu dipacu
Ari melanjutkan, sektor jasa perlu dipacu karena kemampuan ekspor sektor industri manufaktur terus menurun. Selain pariwisata, potensi lain yang bisa ditingkatkan adalah pekerja migran.
”Sumber daya manusia juga bisa menghasilkan devisa. Pendapatan dari pekerja migran dan profesional di luar negeri jumlahnya lumayan,” katanya. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan berbahasa asing para pekerja agar lebih menarik di pasar kerja internasional.
Enrico Tanuwidjaja menyampaikan, pemerintah perlu meningkatkan kapasitas semua sektor, baik itu primer, sekunder, dan tersier. Sektor primer mencakup agrikultur, sekunder terkait manufaktur, dan tersier berorientasi pada jasa. ”Sektor primer memacu sekunder dan terakhir jasa,” katanya.