Desain Fasilitas Publik Belum Berpihak pada Difabel
Oleh
Agnes Rita Sulistyawaty
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Fasilitas Umum di Jakarta terus dibangun untuk menjadi kota yang inklusif. Sayangnya, banyak fasilitas bagi para penyandang disabilitas masih jauh dari harapan.
Sejumlah keluhan diutarakan oleh para disabilitas, seperti ramp menuju halte yang curam, metrial jembatan penyeberangan orang (jpo) yang licin, ditambah beberapa baut yang mencuat keluar dan kurang kelengkapan tombol darurat bagi disabilitas jika membutuhkan bantuan.
"Kami pinsipnya bisa mandiri, tetapi jika fasilitas umumnya belum baik, pada akhirnya tetap butuh bantuan," ujar anggota Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT) Sofia Muchtar yang sudah berusia 50-an, Senin (3/12/2018).
Menurutnya, kondisi trotoar menuju halte transjakarta di Jalan Sudirman cukup baik. Meski beberapa aspek masih perlu diperhatikan, contohnya tanjakan naik ke trotoar masih terlalu tinggi, seperti trotoar depan BNI 46 Sudirman. Selain itu, lampu jalan di beberapa titik trotoar perlu ditambahakan.
Sofia juga mengkritisi pemasangan Bollar atau tiang penghalang dengan tujuan agar motor tidak masuk ke trotoar, perlu lebih diperhitungkan lebarnya."Kursi roda punya lebar yang berbeda. Jangan sampai pengguna kursi roda tidak bisa lewat," ucapnya.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Daddy Rukidjah (44). Trotoar di titik pusat, tepatnya Jalan Sudirman, jauh lebih rapi. Namun, perlu disempurnakan kembali, yaitu bidang kemiringan dengan tinggi trotoar bisa diseimbangkan kembali agar lebih landai.
"Perlu ditambah emergency call setiap ujung shelter, sehingga saat pengguna disabilitas mebutuhkan bantuan bisa menekan tombol, makanya perlu petugas yang berjaga," katanya.
Peringatan
Memperingati Hari Disabilitas Internasional tanggal 3 Desember 2018, Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) menggelar acara "Kota Untuk Semua". Masyarakat diajak mengakses trotoar maupun jembatan menuju halte Transjakarta Dukuh Atas dengan kursi roda atau dengan mata tertutup layaknya tunanetra.
Country Director ITDP Yoga Adiwinarto (36) mengatakan, akses jalan trotoar menuju transjakarta yang dipikir cukul ideal ternyata masih banyak kekuranga.
"Jakarta sedang menuju arah perbaikan, untuk itu kebijakan yang dibuat perlu memahami dan merasakan langsung akses bagi disabilitas," ujar Yoga.
Riri Asnita, Kepala Seksi Perencanaan Kelengkapan Prasarana Jalan dan Jaringan Utilitas Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, mengaku sangat susah naik ke JPO menggunakan kursi roda. "Memang harus diberi ruang agar bisa mandiri," ujarnya.
Adapun, juga turut mencoba mengakses trotoar dan JPO dengan kursi roda, yaitu Bidang Lalu Lintas Seksi Rekayasa Lalu Lintas dan Perlengkapan Jalan Dinas Perhubungan Jakarta Mulyadi (47) yang harus sekuat tenaga naik JPO.
"Curam banget ternyata. Tangan pegel, rasanya kayak lari cepat jarak 100 meter, padahal baru naik JPO doang," katanya.