JAKARTA, KOMPAS - Mendekati akhir tahun, inflasi di ibu kota cenderung naik. Aktivitas warga saat libur Natal dan Tahun Baru diprediksi berpengaruh pada inflasi di Jakarta.
"Memerhatikan pola perkembangan harga-harga di Jakarta hingga akhir November 2018, inflasi pada bulan Desember 2018 mendatang diperkirakan meningkat sesuai dengan polanya. Masuknya Hari Natal serta Tahun Baru 2019 menjadi faktor pendorong meningkatnya permintaan barang dan jasa secara umum. Gejolak harga yang perlu diperhatikan adalah tekanan harga transportasi dan harga bahan makanan," ungkap Direktur Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Trisno Nugroho, Senin (3/12/2018).
Menjelang akhir tahun, kegiatan ekonomi, terutama korporasi, cenderung tinggi. Selain itu, perjalanan ke luar kota juga tinggi. Aktivitas tersebut terutama terjadi pada bulan November, dan diperkirakan mereda ketika memasuki minggu ketiga Desember.
Permintaan akan jasa transportasi diperkirakan tetap tinggi pada Desember, namun didominasi kegiatan berlibur saat Natal dan tahun baru.
Inflasi di Jakarta juga disumbangkan kenaikan harga bensin nonsubsidi dan tarif angkutan udara. Kenaikan harga bensin nonsubsidi seperti Pertamax dan Pertamina Dex pada Oktober 2018, masih memberikan dampak lanjutan terhadap kenaikan pengeluaran kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan pada November. Selain harga BBM nonsubsidi, kenaikan tarif angkutan udara turut andil mendorong inflasi kelompok ini.
Kelompok kesehatan
Selama November 2018, inflasi di ibu kota mencapai 0,30 persen atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang hanya 0,27 persen. Namun angka inflasi di Jakarta masih lebih rendah jika dibandingkan dengan Tangerang dan Bogor yang mencapai 0,39 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Thoman Pardosi, mengatakan, peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan November dipicu kenaikan pengeluaran kesehatan, bahan makanan, dan sandang.
Pada kelompok pengeluaran kesehatan, inflasi disebabkan naiknya harga barang perawatan jasmani dan kesehatan seperti sabun mandi, parfum, dan pasta gigi. Selain itu, ada kenaikan harga pada kelompok obat-obatan seperti obat luka, obat flu, dan obat sakit perut.
Untuk harga jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani, hingga November, belum naik. "Penyebab inflasi pada kelompok kesehatan ini cukup tinggi mencapai 0,84 persen. Disusul kelompok bahan makanan yang mencapai 0,62 persen dan kelompok sandang di angka 0,56 persen," ujar Thoman.
BPS DKI juga menemukan peningkatan harga pada kelompok pengeluaran sandang yang dipengaruhi kenaikan harga payung, tas, dan emas perhiasan.