Modal Asing Semakin Deras Masuk Portofolio Indonesia
Oleh
Hendriyo Widi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Modal asing semakin deras masuk ke portofolio Indonesia seiring dengan sentimen positif pelaku pasar keuangan global. Hal itu menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS semakin menguat.
Berdasarkan kurs referensi Interbanks Spot Dollar Rate, nilai tukar rupiah pada Senin (3/12/2018) menguat di posisi Rp 14.252 per dollar AS. Sementara di pasar tunai, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.215 per dollar AS-Rp 14.270 per dollar AS. Sepanjang Januari-3 Desember 2018, rupiah terdepresiasi sebesar 5,08 persen.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah kepada Kompas, Senin (3/12), mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah masih ditopang derasnya arus modal masuk ke pasar keuangan domestik, terutama pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN). Pada November 2018, modal asing yang masuk ke SBN mencapai Rp 35 triliun, naik dari Rp 15,1 triliun pada Oktober 2018.
Derasnya arus masuk modal investasi asing itu terjadi di tengah merebaknya optimisme pasar atas kesepakatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping. Kedua pemimpin negara itu menunda pengenaan tambahan tarif kedua negara untuk 90 hari ke depan dan mengintensifkan pembicaraan lanjutan untuk menghasilkan rumusan perjanjian dagang.
”Besarnya arus modal portofolio asing itu juga tecermin dari pasokan pihak asing di pasar valuta asing (valas) pada Senin (3/12) sore, yaitu sebesar 342 juta dollar AS. Eksportir juga mulai menambah pasokan valas sebesar 677 juta dollar AS. Pasokan valas itu dapat menutup kebutuhan valas importir yang mencapai 740 juta dollar AS,” tutur Nanang.
Menurut Nanang, selama November 2018, pasokan valas dari investor asing merupakan terbesar pada tahun ini, yaitu 4,3 miliar dollar AS. Jumlah itu melebihi kebutuhan valas korporasi domestik selama November 2018 yang sebesar 2,3 miliar dollar AS.
Ke depan, potensi masuknya arus modal asing ke pasar SBN masih cukup besar kendati imbal hasil SBN 10 tahun sudah turun menjadi 7,8 persen. Jika dibandingkan imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang sebesar 3 persen, investor masih memperoleh keuntungan dari selisih imbal hasil sebesar 480 basis poin.
”Derasnya arus modal asing yang masuk menunjukkan kepercayaan investor global terhadap Indonesia semakin kuat. Ketahanan makroekonomi Indonesia itu ditopang kebijakan moneter yang preemtif dalam merespons tantangan global dan domestik, serta kebijakan fiskal yang konsisten dan berhati-hati,” ujar Nanang.