Saat Presiden Dicurhati Soal Meja Reyot dan Gerobak
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
Peresmian sambungan listrik gratis untuk warga prasejahtera di Kelurahan Bantar Jati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/12/2018), bukan satu-satunya acara Presiden Joko Widodo di hari libur ini. Puluhan ibu sudah menanti untuk berbicara dengan orang nomor satu di Indonesia ini.
Puluhan ibu ini adalah penerima pinjaman dari Permodalan Nasional Madani (PNM) Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) Kelurahan Bantar Jati. PNM adalah BUMN yang mengelola pembiayaan usaha mikro dan ultramikro. Pinjaman yang diberikan berkisar Rp 500.000-Rp 3.000.000. Sejak 2015, sudah ada 3,9 juta nasabah yang mendapatkan pinjaman.
Presiden mengatakan, PNM adalah program konkret untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Para ibu sesungguhnya bisa mengembangkan usaha sepanjang memiliki kesempatan mendapatkan tambahan modal.
”Kenapa yang banyak diberikan (pinjaman) adalah ibu-ibu? Karena ibu-ibu lebih disiplin, lebih bisa dipercaya, lebih jujur, lebih telaten mengatur masalah keuangan. Karena program ini bagus, kita akan kembangkan besar-besaran di seluruh Tanah Air,” tutur Presiden.
Romlah, seorang ibu yang berjualan bubur kacang ijo dan bubur ayam di kawasan Warung Jambu, Bogor, bercerita, saat ini sudah mendapatkan omzet Rp 700.000 perhari ketika pembeli ramai. Dari omzet tersebut, dia mendapat untung sekitar Rp 200.000 yang digunakan untuk mencicil pinjaman kepada PNM Mekaar dan untuk membiayai hidup sehari-hari.
”Tapi, kurang modalnya untuk bikin gerobak, Pak. Kalau sudah punya gerobak, kan, mantap jualannya,” ujar Romlah. Presiden pun menanyakan gerobak seperti apa yang diharapkan.
Seorang ibu lain juga mengatakan sudah berjualan nasi uduk dan gorengan dengan modal dari PNM. Namun, dia tak memiliki warung. Karena itu, jualannya dititipkan pada warung orangtuanya. ”Maunya dibantu buka warung, Pak,” ujarnya.
Namun, dia masih belum memiliki bayangan di mana dan berapa biaya yang diperlukan untuk menyewa warung. Presiden pun menyarankan supaya warung atau gerobak dicari dan diperhitungkan dulu berapa biayanya.
Selain itu, seorang ibu lainnya mengadukan meja reyot tempatnya berjualan nasi uduk dan nasi bungkus serta sayur matang. Dari awalnya bermodal Rp 150.000, kini dia mendapat tambahan modal dari PNM Rp 750.000 dan mampu melengkapi masakan jualannya.
”Jualan di depan rumah, tapi mejanya reyot. Bapak lihat aja ke rumah kalau enggak percaya,” ujarnya.
Presiden pun tertawa. Presiden Jokowi membenarkan, mengambil pinjaman semestinya tak berdasarkan emosi, tetapi perhitungan. Hal terpenting adalah kemampuan mencicil. ”Nanti meja reyotnya biar dilihat Bu Menteri saja,” seloroh Presiden.
Selain itu, masih ada Nina Agusniar dari PNM Mekar Bantar Jati II yang meminta bantuan perbaikan rumah tidak layak untuk warga kampungnya, Sri Rahayu, yang juga berharap program sertifikat gratis bisa mencapai warga di daerahnya, dan Yulia yang menanyakan kenapa listrik masih sering padam dan redup.
Untuk perbaikan rumah, Presiden mengarahkan kepada Menteri BUMN. Adapun harapan pembuatan sertifikat juga akan ditindaklanjuti. Terkait dengan listrik, Presiden meminta Direktur Utama PT PLN Sofyan Basyir untuk menjawabnya.
Presiden juga memuji usaha para ibu ini. Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga bercerita putranya pun berjualan pisang goreng dengan kios-kios kecil yang disewanya. ”Sama, kiosnya sewa juga. Uangnya juga pinjam. Sama,” selorohnya.
Presiden menyarankan para ibu untuk melihat, merencanakan, dan menghitung terlebih dahulu jika ingin memiliki gerobak ataupun warung. Dengan demikian, diketahui berapa tambahan modal yang diperlukan dan kemampuan mencicil.
Presiden menyampaikan sangat gembira mendapatkan masukan dari para ibu. Dengan demikian, Presiden akan memikirkan cara untuk membantu pengembangan usaha para ibu ini. Ke depan, jumlah penerima PNM juga akan ditambah, demikian pula besaran pembiayaan yang bisa diberikan. Apabila diperlukan, kata Presiden, pemerintah bisa menyuntikkan dana ke PNM.