BANDA ACEH, KOMPAS - Polisi masih mencari dalang kaburnya 113 napi di Lapas Kelas IIA Banda Aceh, Provinsi Aceh. Provokator yang diduga berjumlah enam orang masih diburu.
Kepala Bidang Humas Polda Aceh Ajun Komisaris Besar Ery Apriyono, Sabtu (1/2/2018) mengatakan, polisi mengumpulkan banyak informasi terkait kasus kaburnya para napi. Penyelidikan sementara menunjukkan ada dugaan provokator enam napi, empat di antaranya napi kasus narkoba dan dua napi pembunuhan. “Polisi membentuk tim gabungan untuk mengejar dalang dan semua napi,” kata Ery.
Hingga Sabtu, 37 dari 113 napi yang melarikan diri ditangkap. Mereka berada di Aceh Besar, Lhokseumawe, dan Pidie.
Hasil penyelidikan dan evaluasi internal tidak ditemukan indikasi keterlibatan petugas dalam kasus napi kabur.
Ery mengatakan, polisi meningkatkan operasi di daerah-daerah untuk mencari napi kabur. Pihaknya berkomitmen menangkap kembali semua napi itu.
Sabtu dini hari lalu, polisi Resor Pidie menangkap tiga napi dalam operasi di jalan nasional Banda Aceh-Medan. Satu napi ditangkap di dalam angkutan umum, dua lainnya di terminal.
Hingga hari ketiga pascakaburnya napi, polisi bersenjata lengkap masih berjaga-jaga di dalam dan luar gedung lapas. Namun, personel kini lebih sedikit dibanding usai kejadian.
Jam berkunjung keluarga napi untuk sementara dihentikan hingga waktu belum ditentukan. Beberapa warga keluarga napi mendatangi lapas untuk memastikan keadaan keluarganya.
Keterlibatan petugas
Dalam kunjungannya di Lapas Kelas IIA Banda Aceh, Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Sri Puguh Budi Utami mengatakan, hasil penyelidikan dan evaluasi internal tidak ditemukan indikasi keterlibatan petugas dalam kasus napi kabur. Petugas menjalankan penjagaan sesuai prosedur.
Dalam peristiwa kaburnya para napi itu, lanjut Sri, petugas tidak bersalah. Sebab, petugas tidak bisa menahan jumlah napi kabur yang berjumlah banyak.
Pelayanan di lapas itu juga dinilai sangat humanis. Bahkan, sesuai kultur setempat, penghuni lapas diberi kesempatan untuk sholat maghrib berjamaah. "Namun, sayangnya mereka memanfaatkan waktu sholat untuk melarikan diri," kata Sri.
Sebelumnya, Kepala Kantor Kemenkumham Aceh Agus Toyib mengatakan, pihaknya kecolongan atas peristiwa bobolnya lapas. Ia tidak menyangka sama sekali bahwa ternyata napi merencanakan pelarian.
Agus mengatakan, banyak napi terprovokasi ajakan napi lain untuk kabur. Padahal, awalnya sebagian napi tersebut tidak berniat kabur. Namun, karena ada kesempatan, napi lain akhirnya ikut kabur.
Sri menegaskan, pelarian telah direncanakan dan petugas tidak mencium gelagat itu. Ke depan, pengamanan segera ditingkatkan dengan menambah kamera pemantau di banyak tempat.
Kamera pemantau digunakan untuk mengawasi gerak-gerik warga binaan. Kasus ini menjadi evaluasi serius yang membutuhkan perbaikan segera.
Terkait penyelidikan, Sri menyerahkan sepenuhnya penyelidikan kasus itu kepada polisi. Pihaknya juga meyakini polisi akan menangkap lagi semua napi.
Tuntas dan terbuka
Di tempat terpisah, Direktur Lembaga Bantuan Hukum Banda Aceh Mustiqal mengatakan, pengusutan peristiwa itu harus tuntas dan terbuka. Publik harus tahu penyebab napi kabur.
Pemerintah diharap mengambil pelajaran dari peristiwa kerusuhan di Lapas Banda Aceh pada Januari 2018. Saat itu, sejumlah ruangan dirusak dan satu unit mobil polisi dibakar.
Meskipun napi melawan, penegakan aturan tetap harus dilakukan. Selain itu, pengamanan juga perlu diperketat dengan menambah pasukan dan meningkatkan sumber daya sipir.