Burger Sehat, Kenyang, dan Melegenda
Bertualang rasa pada burger seperti kisah tiada akhir. Kreativitas penyedia makanan ini menghasilkan burger yang sehat, mengenyangkan, dan menjaga legenda yang ada. Masing-masing akan meninggalkan kesan yang berbeda. Jika penasaran, ada baiknya anda mencobanya.
Kata siapa makanan cepat saji itu tidak sehat. Sejalan dengan kesadaran hidup sehat, olahan burger dapat menjadi santapan ramah yang sehat. Tak hanya sehat, burger dengan aneka rasa makin menggugah selera penikmatnya.
Burgreens Express Dharmawangsa misalnya, disajikan sebagai media kampanye hidup sehat. Pasangan pemilik restoran Helga Angelina (25) dan Max Mandias (27) mengusung konsep makanan sehat dari tumbuhan atau nabati, bebas monosodium glutamate atau MSG, dan memakai bahan organik.
Penikmat burger bisa mendatangi tempat ini di Jalan Wijaya II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan setiap hari mulai pukul 07.30 sampai 21.30. Adapun harga burger di sini dapat dinikmati mulai dari Rp 49.000 sampai 85.000 per paket.
Konsep usaha ini Burgreens terpengaruh gaya hidup sehat pemiliknya, Helga dan Max. Awalnya mereka membuka restoran di daerah Rempoa, Jakarta Selatan November 2013. Mereka kembali membuka cabang di Tebet (pada Januari 2015). Saat ini restoran di Rempoa sudah tidak ada. Selain di Jalan Wijaya, Burgreens tersedia dengan nama yang sama di Menteng, Pasific Place, dan PIM (Pondok Indah Mall) dan New Soho.
Menu Burgreens kebanyakan muncul dari ide kreatif Max. Prinsipnya, kreativitas itu mengacu pada konsistensi rasa, penggunaan bahan sehat, dan penampilan yang cantik. Salah satu bahan yang mereka pakai adalah kaki jamur shitake untuk menggantikan daging.
Jika ingin merasakan sensasi rendang, anda bisa mencoba vegan rendang burger. Burger ini terdiri dari "rendang," salad sayuran, dan keripik ubi jalar ungu. Daging rendang pada burger ini berbahan jamur. Namun rasa dan serat dagingnya mirip daging sapi empuk. Anda juga bebas mengganti roti burger dengan roti tawar irisan ? Roti tawar irisan ini, bukan sembarang roti, tetapi gluten free dari singkong.
Petualangan lidah anda belum lengkap jika belum mencoba mini quarto, yang terdiri dari beberapa burger mini dengan rasa berbeda. Ada kacang merah, dan keju, jamur, bayam, dan vegan chick\'n BBQ.
Sebagai pelengkap menunya, tersedia irisan garing ubi jalar ungu dan salad, segelas detox red velvet. Jus dengan tekstur kasar ini berwarna merah, namun bukan berasal dari sirup, tetapi dari buah semangka, buah bit, dan air kelapa. Saat menunggu makanan, pengunjung disajikan camilan sehat yang kering dan renyah seperti rosella grawnola, kale crackers, choco grawnola, sweet potato chips, dan lainnya.
Kenyang berganda
Masih soal burger, apa jadinya jika burger bersatu dengan sus ? Jawabannya, kenyang berganda bagi yang menyantapnya. Inilah yang ditawarkan oleh Social Affair Coffee & Camp ; Bakehouse di kawasan Pantai Indah Kapuk, Penjaringan, Jakarta Utara.
Social Affair membuktikannya lewat kreasi mengganti roti bun bagian atas dengan kue sus. Kesempatan menjajal burger ini datang di hari Kamis (29/11/2018), bertepatan dengan waktu makan. Seorang pramusaji Social Affair mengantarkan seporsi cheesebomb burger setelah menunggu 15 menit. Burger menjulang sekitar 15 sentimeter (cm) sehingga menimbulkan kebingungan tentang cara menyantapnya. Namun, garpu dan pisau yang disediakan pramusaji menjadi jalan keluarnya.
Roti bagian atas cheesebomb burger kembung berbentuk seperti terpilin ke bagian tengah, khas bentuk kue sus. Rasa penasaran membuat pisau terlebih dahulu membelah kue sus itu sebelum beranjak ke bagian lain dari burger. Dari belahan tersebut, melumerlah keju krim (cream cheese) yang gurih ketika berjumpa lidah.
Indera pencecap rasa penikmatnya dimanjakan kelembutan daging sapi cincang pada patty burger. Di atasnya, terdapat lembaran keju meleleh. Untuk mengurangi rasa eneg karena melimpahnya keju, tomat, dan caramelized onion dengan cita rasa asam serta manis ditambahkan di antara patty burger dengan roti bun.
Burger ditemani dengan renyahnya batang-batang kentang goreng serta segarnya sayuran seperti apel ceri, irisan buah bit, serta sayuran mesclun. Rasa kenyang usai menikmati cheesebomb burger bertahan hingga sore!
Manajer Restoran Social Affair, Asselly CV atau Selly menuturkan, Social Affair ingin memberikan kesan beda kepada pengunjungnya. Menurut Selly, cheesebomb burger salah satu menu favorit di sana Rp 115.000. Dengan harga itu, Social Affair menjanjikan keunggulannya roti produksi sendiri.
Posisi Social Affair cukup strategis, karena berdekatan dengan jalur keluar jalan tol serta sekolah ternama di PIK. Alhasil, banyak pelanggan restoran ini yang merupakan orang tua murid sekolah tersebut. Tidak jarang, mereka berkumpul sambil ngerumpi, dan malah ada yang membuat acara arisan di sana.
Social Affair buka mulai pukul 07.00 hingga pukul 22.00 di hari Senin-Kamis, dan buka hingga pukul 24.00 saat Jumat-Sabtu.
Legenda burger
Bicara burger, hanya sebagian warga yang tahu tentang burger legenda di Jakarta. Sejalan peningkatan pendatang ke Ibu Kota yang signifikan, Teguh Utomo mendirikan restoran cepat saji Amercan Hamburger (AH) pada 1977 di kawasan Melawai, Blok M, Jakarta Selatan.
Sebagai merek lokal, American Hamburger (AH) menggunakan bahan-bahan pangan lokal. Untuk pertama kalinya, restoran cepat saji gaya Amerika dengan menu hamburger hadir di Jakarta, atau bahkan di Indonesia saat itu.
Bamby menambahkan, dapur terpusat dibangun untuk keperluan tersebut. Saos, bun (roti), dan patty (daging isian) diracik sendiri. “Tidak ada komponen impor,” kata Bamby.
Tiga tahun dibuka, AH menyajikan pula sejumlah menu lain. Pasta, steak, dan sebagainya. Bahkan juga sejumlah menu Indonesia untuk mengakomodasi selera lokal seperti nasi goreng, ayam goreng, dan soto ayam.
Tahun 1980an hingga 1990an, AH semakin dikenal warga. Ia menjadi semacam “magma” pergaulan kawula muda Jakarta. Bersama-sama “Lintas Melawai” sebagai kawasan rendezvous sebagian kaum muda Jakarta, AH menahbiskan diri sebagai tempat makan sebagian di antara mereka. Bahkan di kala itu, sejumlah produksi film dengan latar belakang pergaulan para pemuda, imbuh Bamby, sempat menggunakan restoran AH sebagai lokasi syutingnya.
Merujuk sejarah yang ditulis Josh Ozersky dalam buku Burger: A History (2008), hamburger adalah kisah tentang imigrasi dari eropa pada abad ke-19 dan urbanisasi pada abad ke-20. Ini seiring evolusi “Hamburg steak” menjadi hamburger, dimana pertumbuhan kaum urban pada kelas pekerja pabrik ada di dalamnya.
Inovasi tahun 1921 oleh produsen burger White Castle dan McDonald’s Corporation, disebut Ozersky, membuat burger bagaikan Model T (mobil pertama bikinan Ford yang mampu dibeli secara luas oleh masyarakat kelas menengah berkat efisiensi lini produksi dalam pabrik) dalam khazanah makanan cepat saji.
Burger ini lekat di hati para penikmatnya, salah satunya adalah Daililah Rahayu (50) yang juga pekerja bank milik negara. Ia mengenal Burger AH antara tahun 1984-1987 saat sekolah di salah satu SMA di bilangan Bulungan, Jakarta Selatan. Menurut Lila, AH populer di kalangan ABG.
Lagu-lagu semacam “Jump” yang dirilis Van Halen pada 1983 dan "Don\'t Stand So Close to Me” dari The Police (1980) terdengar dari pengeras suara. Lagu-lagu itu muncul dalam versi berbeda, bersama datang dan perginya segelintir pengunjung yang berlainan.
Sejak awal didirikan, suasana restoran relatif tidak berubah, termasuk posisi tangga. Hanya ada sedikit perubahan dekorasi dan perubahan pada logo. Akan tetapi perubahan mendasar sesungguhnya terjadi pada 2011. Ketika itu, kepemilikan PT AH beralih, dari Teguh Utomo kepada pasangan Andy Soewatdy dan Santy Soewatdy.
AH kini hadir dengan konsep “resto café” dari semula “family restaurant,” terdapat 10 gerai di sekitar Jakarta dan dua gerai di Bandung. Ah, AH.