Kembalikan Kearifan Lokal Ciliwung dengan Menanam Pohon
Oleh
Neli Triana
·4 menit baca
Penyelamatan dan pelestarian lingkungan perlu dilakukan oleh semua pihak, termasuk untuk menyelamatkan Sungai Ciliwung. Seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara Unit Induk Distribusi Jakarta menanam 1.000 pohon di sepanjang daerah aliran Ciliwung untuk memperingati Hari Menanam Pohon Nasional atau HMPI 2018. Penghijauan di daerah aliran Sungai Ciliwung dinilai dapat memperlebar area resapan air hujan serta melestarikan kearifan lokal masyarakat yang tinggal di daerah tepi sungai.
Penanaman pohon pertama dilaksanakan secara simbolis, Rabu (28/11/2018) pagi, di Jalan Cikoko Timur II no. 28, Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan. Jalan menuju area pemukiman warga Cikoko tersebut berada di sisi timur Carrefour MT Haryono dan berbatasan langsung dengan Sungai Ciliwung. Suatu petak di tepi sungai dijadikan taman untuk menanam pohon serta untuk tumbuhan lainnya. Tersedia juga pipa paralon yang disusun bertingkat untuk menanam tanaman hidroponik.
Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Arifin, dalam sambutannya mengatakan, warga Jakarta perlu menanam dan merawat pohon di lingkungan sekitar rumahnya. Hal itu untuk memproduksi oksigen yang semakin dibutuhkan warga Jakarta.
“Kita harus melestarikan bumi kita, Jakarta. Menanam pohon memang tidak bisa langsung didapatkan manfaatnya, tetapi butuh waktu untuk ranting dan daunnya tumbuh. Jadi, jangan mudah menebang pohon,” katanya kepada warga Cikoko yang hadir.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya Ikhsan Asaad mengatakan, pohon-pohon yang ditanam adalah tanaman langka endemis Jakarta, misalnya Pohon Jamblang, Buni, Kecapi, Menteng, Cempedak, dan Gandaria. Ia berharap, warga Jakarta dapat kembali mengenal pohon-pohon yang sudah mulai langka di ibu kota.
Sebanyak 1.000 pohon yang ditanam di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung adalah bagian dari program tanggung jawab sosial korporasi (CSR) menanam 22.000 pohon yang dilaksanakan secara nasional. Program ini juga dimaksudkan untuk menjaga kualitas air sungai. Sebab, PLN bergantung pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
“Ini bertujuan untuk penghijauan dan mencegah abrasi sungai. Banyak pembangkit kami tergantung pada lingkungan, terutama PLTA. Kalau kualitas air sungai buruk, pembangkitan listrik tidak optimal. Jadi, kami menanam pohon di sepanjang DAS Ciliwung, termasuk di daerah-daerah lain seperti Srengseng Sawah dan Lenteng Agung (Jakarta Selatan),” kata Ikhsan.
Ketua Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat Peci) Usman Firdaus mengatakan, Cikoko termasuk daerah normalisasi sehingga pohon-pohon di sekitar sungai hilang. Untuk mengembalikan kesejukan dan mendorong warga kembali beraktivitas di daerah Ciliwung, diperlukan kerja bersama untuk membangun kembali taman-taman di tepi sungai dengan konsep naturalisasi yang dibuat Mat Peci.
“Konsep naturalisasi sungai kami adalahmengembalikan kearifan lokal. Kita juga mendesain sungai secara natural dengan mengumpulkan pohon-pohon yang ada di sekitar hulu Ciliwung dan kita kembangkan hingga ke hilir. Tepi sungai yang sudah dibeton tidak menutup kemungkinan untuk memperkenalkan jenis-jenis pohon asli Indonesia kepada anak-anak kita,” kata Usman.
Perwakilan Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Aris Sutjipto mengatakan, daya dukung dan fungsi hidrologi DAS Ciliwung perlu dipulihkan untuk mencegah bencana serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia mengapresiasi langkah PLN untuk memulihkan lahan kritis di DAS Ciliwung.
“DAS ciliwung tidak lagi mampu mendukung ekosistem atau pola pemanfaatan lahan seperti di Cikoko ini. Penanaman memang hal terpenting untuk merehabilitasi hutan dan lahan kritis. Menjaga area tangkapan air memang tanggung jawab bersama,” kata Aris.
Selain menanam pohon, ditebar juga benih-benih ikan ke Sungai Ciliwung. Hal ini untuk mengingatkan warga untuk mempertahankan ekosistem sungai dengan tidak membuang sampah dan limbah ke sungai.
Banjir
Aris menambahkan, jumlah bencana hidrometeorologis seperti banjir meningkat 16 kali lipat dari 2002 ke 2016. HMPI menjadi momentum untuk kembali meningkatkan kualitas DAS. Namun, penanaman perlu diimbangi oleh pengelolaan tata ruang.
“Di rumah, masyarakat bisa berkontribusi dengan membentuk biopori dan menyediakan sumur resapan. Jadi di setiap rumah, sebaiknya disediakan talang agar air hujan dialirkan ke sumur resapan. Ini untuk menghindari runoff (aliran permukaan) yang besar sehingga menyebabkan banjir,” kata Aris.
Untuk mencegah banjir seiring datangnya musim hujan, kata Arifin, pemerintah Jakarta Selatan telah menguras beberapa sungai, seperti Krukut dan Pesanggrahan, serta berbagai situ oleh Suku Dinas Sumber Daya Air. Pemerintah kota administrasi juga mengecek pompa-pompa air. “Semua siap dan berfungsi baik, tidak ada yang rusak,” kata dia.
Pemerintah Kota Jakarta Selatan juga telah menambah jumlah pohon dengan mengerahkan Suku Dinas Kehutanan, Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian. Selain itu, pemerintah kota juga terbantu oleh program-program CSR perusahaan. Untuk menopang upaya tersebut, Arifin mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai. (E03)