Din: Dialog Antar dan Intra-Agama Kebutuhan Mendasar
Oleh
Budiman Tanuredjo
·2 menit baca
DOKUMENTASI DIN SYAMSUDDIN
Din Syamsuddin bicara di Dhaka
DHAKA, RABU — President of Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) Prof. Din Syamsuddin menegaskan, dialog antar dan intra agama sekarang ini telah menjadi dan perlu dijadikan sebagai kebutuhan mendasar manusia (basic human need).
Din menegaskan ini ketika tampil sebagai salah salah seorang pembicara utama pada Seminar tentang World Peace, Interfaith and Intrafaith Dialogue di Dhaka, Bangladesh, Selasa (27/11/2018).
Menurut Din, adalah karena kehidupan umat manusia dewasa ini menampilkan primordialisme dan egosentrisme yang berlebihan sehingga sering mengganggu hubungan antarkelompok baik agama, etnik, maupun perbedaan kepentingan politik, baik pada skala lokal dan nasional maupun global.
Fenomena itu juga ditambah dengan persebaran kebencian, praduga, dan pandangan yang bersifat streotipikal di masyarakat, khususnya melalui media sosial.
Jika tidak segera diatasi, kata Din dalam siaran pers yang diterima Kompas Rabu (28/11/2018), kecenderungan ini akan membawa kepada ketegangan dan pertentangan antarkelompok.
Maka, "dialog merupakan solusi, dan kita harus meyakini kekuatan dialog,” tegas Din Syamsuddin, juga menjabat salah seorang presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP/RfP International).
Seminar yang dihadiri sekitar 200 peserta dari kalangan agamawan, cendekiawan, politisi, diplomat, diadakan di Westin Hotel Dhaka oleh Religions for Peace (RfP) Bangladesh. Selain peserta domestik hadir juga peserta luar negeri di antaranya dari Jepang, Australia, India, Filipina, dan Myanmar.
KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin.
Dalam pidato kuncinya, Din Syamsuddin mengatakan, walau sudah cukup banyak dialog antaragama dan peradaban, namun dialog tetap diperlukan.
"Sudah banyak dialog tapi masih terjadi konflik, apalagi kalau tidak ada dialog,” tandasnya. Namun, menurut Din yang menjabat Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), perlu ada paradigama dan pendekatan baru dari dialog.
Menurut Din, dialog yang perlu dikembangkan adalah dialog dialogis (dialogical dialogue), yakni dialog yang bertumpu pada ketulusan, keterbukaan, keterusterangan untuk menyelesaikan masalah. Hal ini dapat dilakukan kalau pemeluk berbagai agama menjalankan ajaran agamanya secara benar dan meletakkan keberagamaan pada wawasan kemanusiaan.
Menurut Guru Besar Politik Islam Global UIN Jakarta ini, sejatinya agama-agama memiliki dimensi kemanusiaan dan bertujuan untuk kemaslahatan manusia (rahmatan lil \'alamin). Maka keberagamaan otentik adalah beragama yang menyelamatkan sesama manusia.
Seminar dua hari itu juga menampilkan pembicara President RfP Bangladesh Principal Sukomal Burua, Deputi Moderator ACRP Prof. Desmon Cahil dari Australia, Co-President ACRP Dr. Vasudevan dari India, dan Sekjen ACRP Rwv. Nobuhiro Nemoto dari Jepang.
Seminar tentang dialog dan perdamaian itu menjadi signifikan karena berlangsung di tengah hiruk pikuk Pemilu di Bangladesh yang akan berlangsung 30 Desember mendatang.