PORT MORESBY, SENIN — China memenangi tender pembangunan infrastruktur internet di Papua Niugini. Negara besar lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia, tak berhasil memengaruhi untuk menggagalkan proyek ini.
Pemerintah Papua Niugini, Senin (26/11/2018), menyampaikan, tidak ada perubahan apa pun menyangkut kesepakatan yang telah ditetapkan. ”Ini menyangkut kehormatan dan integritas. Sekali Anda sudah sepakat dan aturan harus dijalankan,” kata Menteri Perusahaan Negara dan Investasi William Duma di Port Moresby.
Pernyataan ini berhubungan dengan upaya sejumlah negara besar untuk memengaruhi Papua Niugini agar membatalkan kesepakatan dengan China.
AS, Jepang, dan Australia diketahui merupakan negara-negara yang berupaya menggagalkan proyek infrastruktur China di Papua Niugini yang sudah disepakati sekitar dua tahun lalu. Australia sendiri menutup kemungkinan perusahaan China.
Bersaing
Huawei membangun jaringan nasional dengan alasan keamanan. Diam-diam intelijen Barat mengatakan teknologi Huawei bisa digunakan untuk mata-mata.
Duma mengatakan, apa yang disampaikan negara-negara lain agak ”menggurui” karena faktanya Huawei sudah mengerjakan sekitar 60 persen dari keseluruhan proyek infrastruktur internet.
Semua pekerjaan yang akan dilakukan meliputi 5.457 kilometer kabel bawah laut yang menghubungkan 14 kota pantai di negara berpenduduk 8 juta jiwa itu.
Persaingan dalam pembangunan infrastruktur internet terjadi karena Papua Niugini menjadi pusat pertarungan pengaruh negara-negara besar. China telah menawarkan pinjaman murah dan pembangunan proyek-proyek, sementara Australia meningkatkan pemberian bantuan.
Australia, AS, Jepang, dan Selandia Baru pada November ini telah mengumumkan peningkatan bantuan jaringan listrik Papua Niugini sebesar 1,7 miliar dollar Australia. (REUTERS)