JAKARTA, KOMPAS — Menjual produk di pasar dalam jaringan atau marketplace membutuhkan strategi agar produk yang dijual bisa dilirik konsumen dan laku terjual. Sejumlah pedagang dalam jaringan mengaku terbantu setelah bergabung dengan komunitas sesama pedagang dalam jaringan.
Hal ini terungkap dalam ”Kopdar Akbar Komunitas Bukalapak 2018” yang digelar di Senayan City, Jakarta, Sabtu (24/11/2018). Acara ini dihadiri ratusan pedagang Bukalapak dari seluruh Indonesia.
Fahrian (31), pedagang obat herbal asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, sudah berjualan secara daring sejak 2014. Ketika itu, dia sudah membuat akun di Bukalapak. Namun, intensitas penjualan produk baru meningkat setelah dia bergabung dengan Komunitas Pelapak Banjarmasin pada 2016.
Di komunitas ini, menurut dia, diajarkan cara mengemas judul produk, foto produk, dan fitur-fitur yang ada di Bukalapak. ”Dulu, judulnya cuma mencantumkan nama produk. Setelah di komunitas disarankan agar kata-kata kunci juga dimasukkan ke judul. Misalnya, obat untuk penghilang uban dan mencegah rambut rontok. Dengan begitu, produk saya lebih mudah ditemukan,” kata Fahrian.
Dalam sebulan, dia meraup omzet Rp 10 juta. Produk yang dijual, ia beli dari pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) yang ada di Banjarmasin. Dia mengambil untung sekitar 40 persen dari setiap produk yang terjual. Penghasilan ini cukup untuk meyakinkan dia berhenti menjadi satpam di salah satu bank swasta di Banjarmasin.
”Kalau jadi satpam, kan, terikat, tidak bisa ke mana-mana. Dengan menjual secara daring begini, mobilitas menjadi lebih tinggi dan sekaligus juga dapat uang,” kata ayah dua anak ini.
Rosyda (27), pedagang batik asal Pemalang, Jawa Tengah, juga mengaku mendapatkan banyak ilmu saat bergabung dengan Komunitas Bukalapak Pantura I pada tahun 2016. Pada pertemuan yang diadakan setiap bulan di komunitas, dia belajar cara memasang foto produk yang menarik bagi konsumen.
”Sekarang itu, kan, banyak yang jualannya nyampah, asal posting. Padahal, untuk menjual batik, fotonya harus diambil dari berbagai sisi agar pembeli dapat melihat secara keseluruhan produk kita,” katanya.
Dalam komunitas, trik berjualan tidak hanya diajarkan di lingkup Bukalapak, tetapi juga di platform lain; media sosial, misalnya. Di samping itu, cara berkomunikasi dengan calon pembeli juga harus diperhatikan.
”Jika berjualan di Instagram, target pasarnya harus dipetakan dulu. Kalau ada yang bertanya, respons harus cepat dan berkomunikasi yang baik agar calon pembeli nyaman,” kata perempuan yang mampu menjual 100 helai batik per bulan ini.
Kepala Manajemen Komunitas Bukalapak Muhammad Fikri mengatakan, hingga 2018 terdapat 4 juta pelapak yang membuat akun di Bukalapak. Sementara baru 5.000 pelapak yang bergabung secara aktif sebagai anggota komunitas.
Pertemuan akbar komunitas Bukalapak yang memasuki tahun ketiga ini bertujuan memberikan edukasi agar pelapak bisa lebih profesional dalam menjalankan usaha. Di samping itu, mereka yang mengikuti kegiatan ini diharapkan akan merangkul para pelapak yang belum bergabung dalam komunitas.
CEO Bukalapak Achmad Zaky mengatakan, pihaknya juga memperbaiki platform Bukalapak agar tampilannya lebih nyaman untuk pembeli. Dengan demikian, pesanan diharapkan akan lebih meningkat.
”Jadi dua hal itu yang kami sasar, profesionalisme pelapak dan kualitas platform yang kian ramah bagi pembeli,” katanya.
Berpotensi
Pada kesempatan sama, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf mengatakan, industri ekonomi kreatif Indonesia diproyeksikan menyumbang Rp 1.105 triliun terhadap produk domestik bruto pada tahun 2018. Oleh karena itu, pedagang daring yang memasarkan produk UMKM di Indonesia harus terus didorong.
”Empat juta pedagang di Bukalapak baru menyumbang 3-4 persen dari seluruh perdagangan di Indonesia. Artinya, peluang kita masih sangat besar di bidang e-dagang ini,” katanya.
Di sisi lain, Indonesia ditargetkan menjadi negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN pada 2020. Hal itu dimungkinkan karena karena semakin tumbuhnya pengguna internet di Indonesia.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017, jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2017 mencapai 143,26 juta orang, meningkat dari 2016 yang berjumlah 132,7 juta orang. (INSAN ALFAJRI)