Adalah hal biasa jika kita melihat anak-anak di China memiliki jadwal ekstrakurikuler yang sangat padat, bahkan sebelum mereka memasuki sekolah dasar. Para orang tua umumnya berpendapat, anak-anak mereka harus dibekali landasan ilmu sedini mungkin agar bersiap menghadapi dunia pendidikan yang sangat kompetitif.
Tetapi, sejumlah orang tua kini mencoba memberi ruang agar anak-anak mereka tidak hanya dijejali dengan keterampilan dasar yang "normatif", seperti kursus bahasa Inggris, piano, berenang, tetapi lebih memberi ruang agar anak-anak mereka bisa berlatih mengekspresikan diri.
Menari hip hop. Ini adalah fenomena baru yang bisa kita temui di sejumlah kota besar di China. Di sebuah studio dansa di pusat kota Beijing misalnya, sekelompok anak-anak menirukan gaya bintang hip hop Amerika yang memukul-mukulkan tangannya ke atas dan ke bawah. Sementara anak-anak lainnya membungkukkan dan meliuk-liukkan badannya sambil tertawa-tawa yang membuat suasana di studio seperti arena bermain.
"Saya ingin anak laki-laki saya lebih ekstrover dan terbuka. Anak-anak zaman sekarang kurang memiliki semangat dan keberanian," kata Liu Li, ibu dari anak laki-laki berusia 4 tahun yang disebutnya pemalu dan sulit bergaul.
Liu tak ingin anaknya seperti kebanyakan anak-anak di China yang dijejali kegiatan yang kompetitif. "Saya ingin mendorong dia untuk lebih dinamis dan lebih riang," kata Liu.
Pengaruh "boy band" Korea
Tarian hip hop baru merebak di China akibat pengaruh gelombang boy band Korea yang melanda Asia pada tahun 2000-an. Sejumlah penari jalanan (street dancer) di China kemudian menjadi terkenal setelah masuk dalam acara televisi lokal, termasuk acara-acara pencari bakat seperti "Street Dance of China".
Jika para orang tua bersentuhan dengan hip hop untuk membuat anak-anak mereka lebih berani mengekspresikan diri, bagi remaja dan dewasa, hip hop dianggap menjadi gaya hidup alternatif. "Para orang tua menginginkan anak-anak perempuannya berperilaku baik, memiliki pekerjaan yang mapan, menemukan suami yang baik, menikah, dan punya anak," kata Ya Xin, penari berusia 25 tahun.
Ya Xin pindah ke Beijing untuk berkarier penuh sebagai penari dan meninggalkan pekerjaan sebagai PNS di Provinsi Hebei. Keputusannya itu sempat ditentang orang tuanya. "Mereka menentang, tapi saya berkeras. Lagi pula mereka tidak lagi membiayai hidup saya. Sehingga, apa yang saya lakukan tidak akan membebani kedua orang tua saya," kata Ya.
Saat ini, ada sekitar 5.000 studio tari di China. Beberapa asosiasi tari bahkan mengeluarkan sertifikasi keterampilan untuk tarian jalanan.
Sensor
Namun, akar kesenian jalanan yang condong menjadi ekspresi kebebasan terhadap hal-hal yang berbau "mainstream", termasuk pemberontakan terhadap status quo, menimbulkan kekhawatiran otoritas China. Januari lalu, terungkap bocoran tentang rencana pemerintah untuk melarang pementasan (di televisi) oleh artis-artis yang memiliki tato, musik hip hop, dan aktivitas yang cenderung memunculkan "pertentangan" dengan ajaran partai komunis.
Zhan Jianpeng, penari jalanan yang cukup terkenal di China mengatakan, dirinya dipaksa untuk menghapus riasannya sebelum naik ke panggung dalam sebuah kompetisi tari di televisi. "Dalam pentas-pentas televisi Anda tidak boleh menunjukkan tato dan tidak boleh mengenakan busana yang tak biasa," kata Zhang.
Meski demikian, warga kebanyakan China sudah familiar dan terlibat dengan kesenian jalanan. Warga umumnya sepakat bahwa untuk menjadi orang bebas sebaiknya tidak usah menjadi penari terkenal.
"Selama kamu tidak berada di panggung pementasan, kamu memiliki kebebasan berbicara," kata Lian Jiulong, yang telah menjadi penari jalanan selama 15 tahun. Ia menceritakan bahwa semua musik yang digunakan untuk pementasan di acara televisi harus disetujui lebih dulu oleh pihak otoritas.