Pelayanan Terpadu Meningkatkan Keberhasilan Terapi Kanker
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Penanganan kanker membutuhkan pendekatan multidisiplin dari tenaga kesehatan. Melalui layanan terpadu, pengobatan kanker dinilai lebih efektif sehingga tingkat keberhasilan terapi meningkat.
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Konsultan Hematologi Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Prof Abdul Muthalib menyampaikan, pelayanan multidisiplin saat ini jadi keharusan dalam perawatan kanker. Karena itu, integrasi antarmultidisiplin kedokteran perlu terus didorong.
”Tidak ada superdokter yang bisa mengobati kanker secara keseluruhan. Ilmu kedokteran berkembang pesat. Begitu pula dengan perkembangan teknik bedah, radiologi, radioterapi, pemeriksaan laboratorium, dan obat- obatan,” ujarnya di sela-sela Simposium Ilmiah dan Lokakarya bertema ”Perkembangan Terkini Penanganan Kanker Ke-9”, Sabtu (17/11/2018), di Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta.
Tidak ada superdokter yang bisa mengobati kanker secara keseluruhan. Ilmu kedokteran berkembang pesat. Begitu pula dengan perkembangan teknik bedah, radiologi, radioterapi, pemeriksaan laboratorium, dan obat- obatan.
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan, prevalensi kanker 1,8 persen. Angka itu meningkat dari Riskesdas 2013 dengan prevalensi kanker 1,4 persen. Badan Internasional untuk Riset Kanker (IARC) memperkirakan ada 29,5 juta kasus baru kanker setiap tahun dan 16,3 juta kematian disebabkan penyakit itu pada 2040 di dunia. Ada 70 persen kematian kanker stadium menengah dan awal disebabkan infrastruktur dasar dan sumber daya manusia untuk mengobati kanker terbatas.
Bersifat spesifik
Kepala Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) serta Kepala Departemen Radioterapi FKUI-RSCM Soehartati A Gondhowiardjo menambahkan, perawatan setiap pasien kanker bersifat spesifik sehingga perawatan selanjutnya tergantung informasi yang didapat sebelumnya. Pendekatan multidisiplin dalam perawatan dibutuhkan.
Angka keberhasilan terapi kanker dengan pendekatan multidisiplin lebih baik dibandingkan yang tak memakai pendekatan itu. Selain itu, toksisitas atau kerusakan organ akibat kanker lebih rendah terjadi. Gangguan psikologis dari pasien kanker pun menurun. ”Jadi, harus multidisiplin untuk memberikan layanan terbaik pada pasien,” ucapnya.
Terkait perawatan multidisiplin itu, Soehartati menyatakan, pemerintah sedang menyusun peraturan menteri kesehatan mengenai tata laksana pedoman nasional pelayanan kedokteran (PNPK) untuk kanker. Peraturan itu akan memuat berbagai ketentuan layanan kanker, seperti registrasi kanker dan standar layanan kanker dari diagnosis sampai ke paliatif.
”Harapannya, setelah ada peraturan tersebut, evaluasi dijalankan secara maksimal. Selama ini, sejumlah rumah sakit sudah menerapkan layanan kanker dengan pendekatan multidisiplin. Namun, melalui peraturan menkes, pendekatan itu bisa dijalankan secara nasional sehingga integrasi antarfasilitas kesehatan terjadi,” katanya.