JAKARTA, KOMPAS - Frekuensi dan dampak bencana hidrometerologi di Indonesia sepanjang 2018 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang menyebabkan terjadinya keterlambatan awal musim hujan di sejumlah daerah.
Tren bencana hidrometerologi dikhawatirkan meningkat ke depan seiring mulai masuknya musim hujan di Jawa yang selama ini menjadi daerah paling rawan bencana hidrometerologi, utamanya banjir dan longsor.
"Kalau di rata-rata banjir dan longsor terus meningkat setiap tahunnya. Kali ini agak turun karena musim hujan terlambat akibat terjadinya El Nino," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Jumat (16/11).
Data BNPB, hingga November 2018 jumlah kejadian untuk semua jenis bencana naik 6,73 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 2.021 kali kejadian bencana menjadi 2.157 kali. Jumlah korban meninggal dan hilang juga naik 1.418,48 persen, dari 276 orang menjadi 4.191 orang. Demikian halnya, kerusakan rumah naik 1.503,49 persen, dari 23.027 unit menjadi 369.236 unit.
Gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan kombinasi gempa, tsunami, dan likuefaksi di Sulawesi Tengah berkontribusi besar terhadap peningkatan jumlah korban maupun kerugian material. Ini menunjukkan bahwa, bencana geologi seperti gempa dan tsunami, sekalipun frekuensinya relatif jarang, namun dampaknya sangat besar dan mematikan.
Namun demikian, frekuensi dan dampak bencana hidrometerologi tahun ini mengalami penurunan. Masih menurut BNPB, frekuensi banjir hingga November 2018 sebanyak 549 kejadian dibandingkan tahun 2017 sebanyak 737 kejadian. Jumlah korban meninggal tahun ini sebanyak 95 jiwa, dibandingkan 2017 sebanyak 130 jiwa.
Bencana longsor pada tahun ini sebanyak 105 kali dengan korban meninggal 105 jiwa. Tahun sebelumnya terjadi longsor sebanyak 535 dengan korban meninggal 117 jiwa.
Sutopo mengatakan, dalam kondisi cuaca normal, banjir dan longsor terus meningkat setiap tahun karena daerah-daerah baru rawan bencana juga bertambah, terutama di Pulau Jawa. "Daerah rawan banjir di bantaran sungai dan dataran banjir saat ini berkembang menjadi permukiman," kata dia.
Sebagaimana telah dipetakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), El Nino pada tahun ini akan meningkat menjadi kategori sedang pada Desember nanti dan itu akan berlangsung hingga Maret 2019. Sedangkan daerah terdampak El Nino di Indonesia meliputi Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Sementara wilayah Indonesia barat, seperti Sumatera, tak banyak terpengaruh. Dampak El Nino akan mengecil seiring dengan mulai masuknya musim hujan.
Waspada
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo mengatakan, kondisi cuaca Indonesia hingga 19 November 2018 diperkirakan akan meningkat curah hujannya sehingga berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, dan puting beliung.
"Kondisi cuaca didasarkan oleh analisis dinamika atmosfer dimana menguatnya massa udara dari Asia dan Australia mempengaruhi pembentukan daerah tekanan rendah dan pola-pola sirkulasi di sekitar wilayah Indonesia. Selain itu, aliran massa udara basah dari Samudra Pasifik dan Samudera Hindia yang masuk ke wilayah Sumatera, Jawa hingga Kalimantan, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara turut mendukung pertumbuhan awan hujan," kata dia.
Menurut Mulyono, hujan lebat ini berpotensi terjadi merata, mulai dari Aceh dan berbagai daerah lain di Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua. Selain hujan, menurut dia, saat ini kondisi perairan juga bergolak. Gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter diperkirakan terjadi di perairan Enggano-Bengkulu, barat Lampung, Samudera Hindia sebelah barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, dan perairan Selatan Jawa
Sutopo mengatakan, mengantisipasi peringatan dini ini, BNPB berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk antisipasi banjir, longsor dan puting beliung. "Beberapa BPBD sudah melakukan koordinasi dengan TNI, Polri, institusi terkait lain. Beberapa gubernur juga telah menetapkan status siaga darurat menghadapi bencana banjir dan longsor seperti Jawa Tengah dan Sumatera Utara," kata dia.