Teknologi Informasi dan Komunikasi Menjadi Kebutuhan di Era Industri
Oleh
Cokorda Yudistira
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi menjadi kebutuhan penting menghadapi perkembangan zaman dalam revolusi industri tahap keempat. Pengajaran teknologi informasi dan komunikasi di sekolah, yang direncanakan melalui mata pelajaran Informatika, menyiapkan siswa memiliki kompetensi dan daya saing di era digital.
Demikian benang merah dari pendapat Sekretaris Departemen Komunikasi dan Informasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Basyaruddin Thoyib, Ketua PGRI Provinsi Bali I Gede Wenten, serta Ketua Umum Ikatan Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi PGRI Bambang Susetiyanto yang ditemui di Denpasar, Bali, Sabtu (17/11/2018), serangkaian dengan pembukaan Olimpiade TIK Nasional 2018 dan seminar.
Pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas sudah dihapus dalam Kurikulum 2013. Namun, pemerintah akan memunculkan lagi pelajaran TIK ke dalam mata pelajaran Informatika yang bersifat pilihan (Kompas, 7/8/2018).
Basyaruddin menyatakan, pelajaran TIK harus tetap ada meskipun akan digantikan dengan pelajaran Informatika. ”Dalam era revolusi industri saat ini, pengetahuan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi itu merupakan hal penting,” ucapnya.
Ketika memberikan sambutan dalam pembukaan Olimpiade TIK Nasional 2018 dan seminar, Basyaruddin menyatakan, PGRI akan mendampingi Ikatan Guru TIK untuk memperjuangkan pelajaran TIK kembali masuk kurikulum meskipun mengalami perubahan menjadi pelajaran Informatika.
”Menghadapi era industri 4.0 dasarnya adalah kemampuan menguasai teknologi informasi dan komunikasi,” ujar Basyaruddin.
Olimpiade TIK Nasional 2018 melombakan sembilan macam keterampilan terkait TIK, yakni, lomba membuat gim atau aplikasi, lomba desain web, lomba menggambar digital, lomba fotografi, lomba blog, lomba mengetik cepat, lomba membuat presentasi, lomba membuat film pendek, dan lomba robotik.
Olimpiade TIK Nasional 2018 diselenggarakan dalam rangka menyambut mata pelajaran Informatika yang mengangkat tema ”Welcome to Informatika”.
Adapun Wenten menyebutkan, TIK harus kembali diajarkan di sekolah walaupun diganti dengan pelajaran Informatika. Ia menyatakan, pendidikan juga tidak terlepas dari perkembangan TIK, salah satunya melalui pelaksanaan ujian nasional dengan berbasis komputer.
”Sekarang ini era kesejagatan, pendidikan tidak terlepas dari TIK. Kami berharap dan mendorong pelajaran TIK kembali masuk kurikulum,” ujar Wenten.
Perubahan kurikulum
Penghapusan pelajaran TIK pada Kurikulum 2013, menurut Bambang, berdampak terhadap lebih dari 40.000 guru TIK. Guru TIK mengajarkan pelajaran prakarya di sekolah agar memenuhi pencapaian jam mengajar dan sebagai syarat proses sertifikasi.
”Kami bersama PGRI selalu mengingatkan pemerintah tentang perlunya TIK diajarkan. Mudah-mudahan tahun ajaran baru 2019 ada perubahan kurikulum dengan dimasukkannya pelajaran Informatika,” kata Bambang.
Pengajar Informatika dan Pembina Tim Olimpiade Komputer Indonesia, Inggriani Liem, menyebutkan, pelajaran Informatika memuat ilmu pemrograman komputer atau koding. Pengajaran koding menyiapkan siswa untuk memahami kemudian membuat inovasi dan menciptakan berdasarkan ilmu yang diperolehnya di sekolah. Ia menilai, kesiapan guru menjadi penting.
”Pelajaran itu sudah standar internasional dan sudah banyak dipraktikkan di negara lain,” kata Inggriani.
Meskipun kurikulumnya sudah bagus, lanjutnya, tetapi gurunya tidak kompeten, kurikulumnya menjadi tidak berguna.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Bali I Nyoman Sujaya menyatakan, Pemerintah Provinsi Bali memandang perlu dan penting upaya membangun masyarakat yang cerdas, termasuk cerdas di bidang pendidikan.
Membacakan sambutan Gubernur Bali untuk pembukaan Olimpiade TIK Nasional 2018 dan seminar tersebut, Sujaya menyebutkan, penyiapan sumber daya manusia yang mengerti dan menguasai materi dan kemampuan TIK menjadi penting dalam era globalisasi dan digitalisasi.
”Informatika tidak hanya untuk bidang teknologi informasi dan komunikasi, tetapi semua profesi saat ini membutuhkan teknologi informasi dan komunikasi,” kata Sujaya.