SLEMAN, KOMPAS—Keberadaan radio komunitas diyakini dapat memperkuat masyarakat dalam upaya mitigasi bencana. Lewat berbagi informasi melalui radio tentang potensi bencana di daerah sekitar tempat tinggalnya, masyarakat melakukan akan mampu mencegah jatuhnya korban jiwa. Radio komunitas mempunyai pegangan berkabar benar dan benar berkabar.
Hal ini mengemuka dalam Konferensi Radio Komunitas se-Asia Pasifik bertemakan “Community Radio for Resilient Societies”, yang digelar di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (16/11/2018).
Ketua Jaringan Radio Komunitas Indonesia Sinam M Sutarno menyatakan, radio komunitas itu memperkuat masyarakat karena mampu membuat masyarakat menolong dirinya sendiri melalui informasi terkait kebencanaan yang ada di tempat tinggal mereka.
“Komunitas secara mandiri mencari informasi tentang kebencanaan di sekitar tempat tinggal mereka. Mereka mengidentifikasi potensi bencana apa yang ada. Lalu, hal itu mereka siarkan sambil mereka mencari solusi terkait bencana yang ada,” kata Sinam.
Sinam menjelaskan, upaya masyarakat untuk mengenali risiko bencana yang ada di sekitar tempat tinggalnya menjadi bentuk pencegahan yang paling efektif terhadap dampak bencana. Sebab, pertolongan pertama masyarakat apabila tertimpa bencana itu tidak harus datang dari luar tempat tinggal.
“Radio komunitas bisa memperbarui situasi-situasi terkini tentang kondisi kebencanaan di suatu tempat. Hal ini menentukan tindakan-tindakan apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat di tempat tersebut,” kata Sinam.
Terkait hal itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyampaikan, radio komunitas memiliki peranan penting bagi Indonesia mengingat posisinya sebagai daerah yang rawan bencana. Radio tersebut bisa menyebarkan informasi terkait prediksi bencana sehingga mencegah dampak bencana dialami oleh masyarakat.
“Lewat informasi yang diberikan, kita bisa jadi tahu kapan harus meninggalkan atau bertahan suatu tempat yang rawan bencana agar tak terdampak bencana itu,” kata Rudiantara, saat memberikan pidato kunci di acara tersebut.
Rudiantara mengungkapkan, radio komunitas juga mampu menjamin kebenaran informasi yang disampaikan. Sebab, komunitas memiliki spirit untuk memberikan manfaat bagi komunitas atau masyarakat yang membutuhkan info tertentu sesuai dengan minat dari komunitas itu. Dalam konteks bencana alam, hal ini menjadi penting karena kerap kali tersiar kabar yang simpang siur.
“Saya berharap, radio komunitas ini bisa diandalkan untuk menanggulangi hoaks dan segala kabar bohong,” kata Rudiantara.
Menanggapi hal itu, Sinam menyatakan, radio komunitas memang tidak pernah ingin memberikan informasi yang tidak bermanfaat bagi para pendengarnya. Hal ini yang membuat kabar bohong itu dengan sendirinya tersortir oleh para penyiar di radio komunitas. Menurut dia, kabar yang simpang siur kebenarannya itu tidak bisa dipertanggungjawabkan.
“Aspek penting yang kami sampaikan adalah nilai-nilai tentang kebenaran. Kami mempunyai ungkapan ‘berkabar benar dan benar berkabar’. Saya yakin, nilai-nilai ini yang menjamin tidak adanya hoaks. Kami memperhatikan aspek manfaat bagi komunitas. Jika kabar itu tidak memberikan manfaat, saya pikir tidak perlu untuk disiarkan,” kata Sinam.
Sementara itu, terkait ketangguhan masyarakat melalui radio komunitas, Koordinator Regional World Association of Community Radio Broadcaster Asia-Pasifik Suman Barest mengatakan, ketangguhan masyarakat yang berusaha dibangun melalui radio komunitas tidak hany terkait kebencanaan. Ada berbagai isu sosial masyarakat yang bisa disuarakan lewat radio komunitas dari berbagai belahan dunia.
“Tujuan radio komunitas adalah memberikan informasi yang banyak demi kepentingan masyarakat. Isu yang disampaikan bermacam-macam. Kami ingin masyarakat tangguh dari bencana alam, gejolak politik, dan masalah sosial yang merajalela,” kata Suman.