Mencari Pengalaman, Alasan Orang Indonesia Berlibur pada 2019
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berlibur tak lagi sekadar kebutuhan untuk mendapatkan hiburan. Sebuah survei yang memprediksi tren wisata pada 2019 menunjukkan, orang Indonesia mencari lebih banyak pengalaman dari aktivitas berlibur.
Situs perjalanan Booking.com melakukan survei pada 21.500 responden dari 29 negara pada Agustus 2018. Dari jumlah tersebut, 1.000 di antaranya adalah responden Indonesia yang telah melakukan perjalanan 12 bulan terakhir serta merencanakan perjalanan setahun ke depan.
Tujuh dari sepuluh atau 71 persen responden Indonesia menilai berlibur mengajarkan mereka keterampilan hidup yang berguna. Ini menjadi alasan 80 persen wisatawan Indonesia berencana untuk berpartisipasi dalam kegiatan pertukaran budaya atau belajar keahlian baru.
Menghabiskan uang untuk mendapatkan pengalaman daripada membeli materi saat berlibur dianggap lebih berharga oleh dua dari tiga orang. Oleh karenanya, 68 persen wisatawan berencana menghabiskan uang lebih banyak untuk mendapatkan pengalaman dan atraksi saat berlibur pada 2019 daripada 2018.
Sekitar 69 persen responden juga berminat mendatangi destinasi yang belum pernah didatangi teman-teman mereka. ”Wisatawan Indonesia kini memiliki kecenderungan mendatangi destinasi wisata yang lebih jauh lagi,” imbuh Senior PR Manager South APAC Booking.com Jaime de Silva saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Lebih dari sepertiga wisatawan mengatakan lebih menyukai tempat menginap atau akomodasi yang unik di tempat-tempat yang lebih tradisional. Hal ini dilihat de Silva sebagai alasan pemesanan tempat menginap non-hotel, seperti vila dan rumah-rumah, meningkat di Indonesia.
Menurut data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia 2017, perkembangan perhotelan turun 7-8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tingkat okupansi pun menurun karena banyak rumah yang dijadikan tempat penginapan.
Tren positif
Dari sisi bisnis, pelaku jasa perjalanan melihat tren wisata akan tetap positif pada 2018. Agen perjalanan Golden Rama, misalnya, menilai kondisi ekonomi global yang tidak stabil saat ini hanya memberikan dampak minor pada industri pariwisata.
”Jumlah permintaan terhadap kegiatan liburan dari klien kami tetap positif dan cenderung mengalami kenaikan 6-7 persen dibandingkan periode sebelumnya,” kata Head of Marcomm Golden Rama Ricky Hilton kepada Kompas.
Tren wisata dalam negeri juga dilihat masih positif, terutama dengan adanya pengembangan infrastruktur yang terus dicanangkan pemerintah. Ini mulai dirasakan setelah pemerintah mulai membangun destinasi prioritas yang disebut ”10 Bali Baru”.
Kesepuluh destinasi pariwisata prioritas tersebut adalah Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Kepulauan Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), dan Candi Borobudur (Jawa Tengah). Kemudian Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
”Kami melihat ini sebagai kesempatan baik untuk meningkatkan performa penjualan, khususnya di sektor domestik,” kata Ricky.
Tren positif juga terlihat dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) di dalam negeri. Laporan Kajian Data Pasar Wisatawan Nusantara 2017 oleh Badan Pusat Statistik Kementerian Pariwisata mencatat, jumlah pergerakan wisnus selama 2017 mencapai 270,82 juta perjalanan.
Jumlah tersebut meningkat 2,45 persen dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 264,34 juta perjalanan. Adapun rata-rata pertumbuhan jumlah perjalanan setiap tahun selama kurun 10 tahun terakhir mencapai sekitar 2,61 persen.
”Peningkatan ini diduga sebagai akibat kondisi perekonomian yang semakin membaik, keamanan yang cukup kondusif, serta semakin mudahnya aksesibilitas ke daerah-daerah tujuan wisata,” tulis laporan tersebut.
Di samping itu, kemajuan teknologi informasi juga ikut berperan dalam mendorong kemajuan sektor pariwisata. Maraknya penggunaan media sosial sangat membantu dalam rangka menyebarkan informasi mengenai destinasi wisata tertentu.
Survei Travel Prediction oleh Booking.com juga memprediksi bahwa media sosial masih memengaruhi cara masyarakat berwisata pada 2019. Sebanyak 57 persen orang mengungkapkan bahwa mereka ingin menginap di penginapan yang menurut mereka bagus untuk di-posting di media sosial. (ERIKA KURNIA)