Pabrik Schneider Electric Jadi Percontohan Pabrik Pintar di Indonesia
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Perusahaan di bidang transformasi digital dan otomatisasi, Schneider Electric, membangun pabrik yang oleh Kementerian Perindustrian dijadikan percontohan sebagai pabrik pintar (smart factory). Pabrik pintar yang telah menerapkan transformasi digital sangat penting untuk meningkatkan dan mengoptimalkan penggunaan hasil evolusi industri keempat oleh pelaku industri di Indonesia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, pabrik pintar Schneider Electric yang berlokasi di Batam, Kepulauan Riau, menjadi pabrik percontohan pertama Kementerian Perindustrian dalam mendorong akselerasi implementasi Industri 4.0 di Indonesia.
”Adanya lighthouse berupa smart factory di Batam dapat memberikan gambaran lebih riil kepada para pelaku industri di Indonesia mengenai proses perjalanan transformasi digital industri dan manfaatnya bagi bisnis,” ujar Airlangga di Batam, Jumat (16/11/2018).
Airlangga menjelaskan, percepatan implementasi revolusi industri keempat merupakan bagian dari inisiatif Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 4 April 2018. Lima sektor industri yang menjadi prioritas implementasi tersebut ialah sektor industri makanan/minuman, otomotif, elektronik, kimia, dan tekstil.
”Implementasi tersebut ditandai dengan adanya konektivitas, interaksi, dan semakin konvergensinya batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi. Penerapan teknologi industri 4.0 juga dapat diimplementasikan di manufaktur dalam bentuk smart factory,” tutur Airlangga.
PT Schneider Electric Manufacturing Batam saat ini telah memiliki tiga pabrik, yaitu PEM Plant, PEL Plant, dan Sensor Plant. Setiap pabrik memproduksi peralatan elektromekanik, elektronik, dan sensor yang digunakan untuk kebutuhan pasar lokal dan ekspor ke Eropa, Amerika, China, serta Asia Pasifik.
Transformasi digital Schneider Electric Manufacturing Batam fokus pada digitalisasi pengelolaan energi listrik dan otomasi industri yang dimulai tahun 2017. Dalam digitalisasi pengelolaan energi listrik di dalam pabrik, Schneider Electric menggunakan arsitektur berbasis internet (internet of things/IoI) yang mudah dioperasikan dan kompatibel bernama EcoStruxure.
Melalui penerapan EcoStruxure, Schneider Electric Manufacturing Batam dapat melakukan efisiensi energi sebesar 5-7 persen, mengurangi skrap produksi sebesar 46 persen, dan meningkatkan produktivitas pekerja hingga 17 persen.
Vice President PT Schneider Electric Manufacturing Batam Gabriel De Tissot mengatakan, transformasi digital dari Schneider hadir di semua pabrik di Batam menggunakan solusi EcoStruxture dan aplikasi Industri 4.0. Transformasi tersebut memungkinkan pemantauan kinerja operasi para pegawai di setiap bagiannya.
”Operator, teknisi, insinyur, dan semuanya dapat memantau kinerja mesin, melakukan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya gangguan, pemenuhan terhadap standar pengendalian kualitas proses, dan berbagai aktivitas lain,” ungkap Gabriel.
Selain itu, Kemenperin dan Schneider Electric juga menandatangani nota kesepahaman (MOU) untuk berkolaborasi dalam pelatihan dan pendampingan pelaku industri lokal. Penandatanganan MOU tersebut dilakukan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara dan Vice President PT Schneider Electric Manufacturing Batam Gabriel De Tissot.
”Program pelatihan dan pendampingan ini akan melatih para peserta selama satu minggu terkait berbagai aspek dalam transformasi digital. Nantinya para peserta akan menerima sertifikasi kompetensi atau kelayakan dalam penerapan Industri 4.0,” ujar Ngakan.