Turki Punya Pulau Seperti Sulawesi 43 Juta Tahun Lalu
Oleh
Subur Tjahjono
·3 menit baca
Sulawesi adalah pulau unik yang dimiliki Indonesia karena terdapat satwa liar yang berbeda dari pulau-pulau lainnya. Penelitian tim ilmuwan internasional menemukan bahwa pada masa eosen 43 juta tahun lalu, terdapat Pulau Pontide, yang serupa dengan Sulawesi. Pulau Pontide yang berada di Turki ini memiliki satwa liar unik, terutama marsupial atau hewan berkantung, yang serupa dengan satwa liar di Sulawesi.
Penelitian berjudul “Hewan Berkantung Zaman Eosen dari Anatolia Menjelaskan Percampuran Fauna Pulau” itu dimuat dalam jurnal PLOS ONE edisi 14 November 2018 yang juga dipublikasikan sciencedaily.com.
Penelitian dilakukan oleh tim gabungan Amerika Serikat dan dan Turki, seperti John R Kappelman dari Universitas Texas, AS; Faruk Ocakoğlu dari Universitas Eskişehir Osmangazi, Turki; dan Christopher Beard dari Universitas Kansas, AS.
Tim peneliti internasional tersebut menggambarkan dua famili fosil baru marsupial yang menjelaskan bagaimana ekosistem pulau yang unik berevolusi sekitar 43 juta tahun yang lalu selama zaman eosen. Dua fosil marsupial yang baru dideskripsikan adalah Galatiadelphys minor dan Orhaniyeia nauta.
Evolusi dalam banyak hal lebih mudah dipelajari dalam konteks pulau daripada di benua besar seperti Amerika karena pulau adalah ekosistem yang lebih sederhana. “Ahli biologi evolusi telah berfokus pada pulau sejak Darwin dan Wallace secara independen merumuskan ide-ide mereka tentang evolusi berdasarkan pengamatan mereka terhadap tumbuhan dan hewan yang hidup di Galapagos dan kepulauan Nusantara di Indonesia modern,” kata K Christopher Beard.
Penelitian baru ini menjelaskan dua spesies fosil baru, yang diidentifikasi dari gigi mereka, yang menghuni wilayah Pontide di Turki utara-tengah zaman modern. Selama masa eosen, wilayah Pontide adalah sebuah pulau dalam versi yang lebih besar dari Laut Mediterania modern yang disebut Tethys. Pada saat itu, Afrika dan Eurasia tidak terhubung seperti sekarang di Timur Tengah, tetapi Afrika melayang ke utara karena lempeng tektonik dan akhirnya akan bertabrakan dengan Eurasia jutaan tahun kemudian. Wilayah Pontide terjepit di antara benua-benua ini.
“Pengaturan geologis ini membuat wilayah Pontide mirip dengan pulau Sulawesi di Indonesia, yang sama-sama terjepit di antara benua-benua konvergen di Asia dan Australia,” ujar Beard.
Dalam fosil marsupial Pontide - yang tidak memiliki keturunan yang hidup - tim menemukan bukti bahwa bentuk-bentuk kehidupan tertentu yang berkembang di pulau-pulau pada umumnya bernasib buruk.
“Yang paling aneh tentang fauna mamalia Pontide adalah bahwa ia mengandung campuran unik dari hewan yang berasal dari Eropa, Afrika dan Asia. Bahkan dua marsupial baru kami menunjukkan akar evolusi yang berbeda di utara dan selatan," kata Beard.
Hal ini masuk akal karena pulau Pontide terjepit di antara Eurasia dan Afrika, dan hewan-hewan datang ke sana dari berbagai arah. Analogi yang menarik dengan pulau modern Sulawesi di Indonesia, yang seperti medan Pontide, memiliki fauna campuran.
Sulawesi adalah habitat satwa liar tarsius, kuskus, kera, babirusa, dan tikus sulawesi (Crocidura levicula) yang jelas terkait dengan spesies Asia, tetapi spesies Sulawesi ini jelas juga terkait dengan mamalia dari Papua. “Jika Anda melihat lempeng tektonik hari ini, Sulawesi semakin terjepit di antara Australia dan Asia dengan cara yang sama seperti Pontide sedang terjepit di antara Afrika dan Asia pada zaman Eesen,” papar Beard.
Sebelumnya, tim peneliti Universitas Oxford dan Universitas London, Inggris, telah menjelaskan asal-usul beberapa satwa liar paling ikonik dan unik di Asia Tenggara yang ditemukan di Sulawesi, yaitu babirusa, babi hutan sulawesi, dan anoa.
Hasilnya menunjukkan, asal usul ketiga spesies unik Sulawesi itu dimulai 13 juta tahun dan mulai menyebar ke seluruh pulau sekitar 1-2 juta tahun yang lalu. “Sulawesi adalah pulau yang menakjubkan, tidak seperti pulau lain,” kata Greger Larson, Direktur Jaringan Riset Paleogenomik dan Bio-Arkeologi Universitas Oxford.