PALEMBANG, KOMPAS — Banjir yang merendam beberapa kawasan di Kota Palembang, Sumatera Selatan, saat ini sudah surut bahkan kering. Aktivitas lalu lintas dan warga hari ini berangsur normal. Walau demikian, masyarakat diminta waspada akan potensi adanya banjir karena intensitas hujan diperkirakan masih tinggi.
Berdasarkan pantauan Kompas, Rabu (14/11/2018), beberapa kawasan yang kemarin terendam air hingga ketinggian 1 meter kini sudah surut, bahkan beberapa kawasan sudah kering. Seperti terlihat di kawasan Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning, dan kawasan Seduduk Putih, Kecamatan Ilir Timur III, di mana banjir sudah surut. Warga terlihat membersihkan rumahnya dari genangan air.
Firdaus (45), warga Sekip Jaya, Kecamatan Kemuning, mengatakan, daerah ini selalu banjir setiap tahun, terutama saat memasuki musim hujan. ”Selain karena berada di bantaran Sungai Bendung, dataran di kawasan Sekip Jaya juga tergolong rendah,” ujarnya.
Walau kerap banjir, surutnya air tergolong cepat. ”Kalau tidak ada hujan, dalam waktu satu hari sudah surut. Mengantisipasi datangnya banjir susulan, ia sudah meletakkan semua barangnya di bagian yang lebih tinggi. Banjir kemarin adalah yang terparah sejak 14 tahun terakhir. Banjir besar terakhir terjadi pada 2004,” kata Firdaus.
Selain itu, petugas kepolisian juga masih bersiaga di kawasan yang kemarin mengalami banjir untuk mengatur lalu lintas. Kondisi lalu lintas juga berangsur lancar. Seperti di Jalan R Soekamto yang kemarin terendam air hingga ketinggian 40 sentimeter sekarang sudah kering dan dapat dilalui kendaraan.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumatera Selatan Ansori mengatakan, ada delapan kelurahan di Palembang yang mengalami banjir. Namun, kelurahan terparah yang terdampak banjir adalah Kelurahan Pahlawan karena setidaknya ada tujuh jalan akses yang terendam air.
Anshori mengatakan, ada beberapa penyebab terjadinya banjir di Palembang, yakni kurangnya kawasan penyerapan air, tidak optimalnya drainase, dan tingginya curah hujan.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas 1 Kenten Palembang Nandang Pangaribowo mengatakan, potensi banjir masih mungkin terjadi lantaran hingga 14 November curah hujan diperkirakan akan meningkat.
Seperti banjir yang terjadi saat ini disebabkan curah hujan berintensitas 69 milimeter selama tujuh jam. ”Hujan dengan intensitas itu termasuk dalam hujan berintensitas sedang hingga lebat,” katanya.
Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Hairul Sobri mengatakan, banjir yang terjadi di Palembang kemarin menunjukkan buruknya manajemen lingkungan Kota Palembang. Ia menerangkan, kawasan yang mengalami banjir kemarin dulunya merupakan daerah rawa yang kini menjadi permukiman.
Palembang yang memiliki luas kawasan seluas 35.885 hektar ini mayoritas topologi lahannya adalah rawa. Namun, saat ini hanya menyisakan 2.372 hektar lahan rawa di Kota Palembang.
Selain itu, tidak efektifnya drainase juga semakin meningkatkan risiko banjir. Dengan kondisi alam dan topografi, Palembang seharusnya memiliki 77 kolam retensi, tetapi nyatanya sampai saat ini hanya ada 26 kolam retensi.
Adapun luas ruang terbuka hijau minimal 30 persen dari luas wilayah kota, tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Saat ini, kawasan ruang terbuka hijau di Palembang hanya 3.645 hektar dari yang seharusnya 10.756 hektar.
”Untuk itu, pemerintah harus membenahi tata ruang Kota Palembang agar kejadian banjir tidak terulang,” ujarnya.