Bukopin Gandeng Padiciti.com Garap Tiket Daring KA dan Pesawat
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Targetkan kenaikan transaksi, PT Bank Bukopin dan Padiciti.com menandatangani nota kesepahaman terkait fitur pembayaran tiket kereta api dan penerbangan melalui Bukopinet, Selasa (13/11/2018), di Sudirman Central Business District, Jakarta Selatan. Target transaksi melalui Bukopinet adalah 20 juta transaksi per bulan dengan nominal hingga Rp 6 triliun pada tahun pertama.
Bukopinet merupakan salah satu fitur pembayaran terbaru, hasil rebranding dari layanan Payment Point Online Bukopin (PPOB). Bentuknya berupa aplikasi yang dapat dipasang di ponsel pintar. Sebelumnya PPOB sudah melayani pembelian pulsa, token listrik, tagihan PLN, PDAM, dan asuransi BPJS Kesehatan.
Selain pembayaran melalui sistem online atau dalam jaringan, Bukopin juga melayani pembayaran melalui 30.000 vending machine atau mesin jual otomatis yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini merupakan salah satu terobosan yang penting untuk menghadapi persaingan di dunia serba digital ini.
Direktur Kustomer Bank Bukopin Rivan Achmad Purwantono mengatakan, strategi ini merupakan sebuah bentuk strategi dan kolaborasi yang tepat.
Kedua pihak, dikatakan Rivan, memiliki kekuatannya masing-masing, Padiciti dengan platform penjualan tiket yang sudah mapan dan Bukopin dengan jumlah nasabah lebih dari 500.000. ”Tak hanya melayani e-commerce atau e-dagang, kami juga bisa merambah perdagangan di luar jaringan atau offline,” kata Rivan.
Di tengah maraknya era disrupsi, Padiciti.com dan Bukopin optimistis untuk menjalin kerja sama dalam bidang penjualan tiket secara offline atau melalui loket mesin jual otomatis. Hal itu didasari masih ada 30-40 persen dari total 1.000 pembeli yang memilih untuk membeli tiket dengan cara datang ke loket.
Direktur Utama Indo Corpora Investama Budi Santoso Asmadi mengungkapkan, masih ada pembeli yang membutuhkan keterlibatan dan intimasi dalam bertransaksi, salah satunya dalam membeli tiket perjalanan.
”Meski sudah banyak pembeli yang beralih ke transaksi dalam jaringan (daring), kami optimistis masih ada pembeli yang ingin datang ke loket untuk bertransaksi secara langsung. Masih ada keinginan pembeli untuk membayar dengan uang tunai, berinteraksi dengan petugas, dan mendapatkan panduan,” ujar Budi.
Melalui kerja sama ini, Budi menargetkan transaksi penjualan tiket melalui Padiciti.com naik menjadi 1.000 transaksi dalam sehari. Strategi yang akan ditempuh adalah dengan cara membuka loket penjualan yang letaknya dekat dengan stasiun.
”Hal itu menambah kesempatan pembeli untuk mendapatkan tiket. Harapannya kami juga bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk naik kereta,” kata Budi.
Padiciti sebenarnya bukan pemain baru di dalam dunia perdagangan tiket daring. Pada tahun 2012, Padiciti muncul dengan nama Paditrain. Platform penjualan tiket daring yang digunakan kala itu adalah melalui Blackberry.
Setahun kemudian, Paditrain melebarkan sayapnya dengan menjual tiket pesawat melalui Padiair. Kemudian pada 2015 keduanya terintegrasi menjadi Padiciti dengan sistem pembayaran melalui Padipay. (KRISTI DWI UTAMI)