Banjir dan longsor Selasa lalu merupakan kejadian pertama yang melanda permukiman di Culamega, Kabupaten Tasikmalaya. Warga berharap ada kajian mendalam, termasuk kemungkinan relokasi permanen.
SINGAPARNA, KOMPAS Tercatat 282 warga Dusun Cikondang, Desa Bojongsari, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengungsi di ruas jalan desa akibat terjangan banjir dan longsor. Mereka mendirikan tenda darurat seadanya di sejumlah bagian badan jalan.
Kepala Dusun Cikondang Agus Saepul Anwar, Sabtu (10/11/2018), menyatakan, kondisi dusun yang hancur diterjang longsor membuat warga mengungsi di ruas jalan desa, 1 kilometer dari dusun. Warga belum berani meninggalkan dusun karena takut harta benda yang ditinggalkan hilang dicuri.
Cikondang adalah salah satu daerah di Culamega yang terdampak banjir dan longsor, Selasa (6/11) dini hari lalu. Menurut Agus, warga masih khawatir ada banjir dan longsor susulan.
”Akses jalan terputus membuat warga tak bisa membawa harta benda. Akhirnya, warga memutuskan mendirikan tenda di ruas jalan desa penghubung antara Dusun Cikondang dan pusat Desa Bojongsari,” katanya.
Ada 30 tenda darurat yang dibangun swadaya oleh masyarakat. Terpal bantuan dari sejumlah instansi, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Dinas Sosial Kabupaten Tasikmalaya. Satu tenda, yang idealnya diisi 4-5 orang, disesaki hingga delapan orang.
Terpal-terpal itu hanya menutupi bagian atas berbentuk segitiga sehingga ada celah angin. Kondisi itu tidak layak bagi 40 bayi dan anak balita serta 37 warga usia lanjut yang ikut mengungsi. Hujan masih turun sepanjang hari di sana.
”Kami belum mendapatkan tempat tinggal yang layak. Kami berharap perhatian dari pemerintah agar bisa mencari jalan keluarnya,” ujar Agus.
Pengungsi di tempat ini juga kesulitan akses air bersih untuk mandi dan mencuci. Mereka membangun kamar mandi dan jamban darurat dengan air sawah yang ada di sisi jalan.
Uum (40), salah satu pengungsi, mengeluhkan kondisi anaknya yang kurang sehat dua malam terakhir. Ia berharap pemerintah memberikan bantuan, terutama bagi anak-anak.
”Anak saya sudah mulai gatal-gatal, tidak tahu karena angin malam atau air yang kurang bersih. Semoga saja pemerintah bisa membantu,” ujarnya.
Kepala Desa Bojongsari Guruh Ivan Kurniawan mengatakan, idealnya warga mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun, putusnya satu jembatan penghubung antardusun dan tertutupnya lima jalan akibat longsor membuat upaya itu terkendala.
”Semua akan kami upayakan. Semoga saja warga bersedia diungsikan karena kondisi dusun hancur dan berbahaya untuk ditinggali,” ujarnya.
Saepullah (49), salah satu pengungsi, mengatakan, sulit kembali ke rumahnya di Dusun Cikondang. ”Selama saya lahir baru kali ini melihat air bah. Lebih baik relokasi asalkan aman,” ujarnya
Gentong longsor
Camat Culamega Kasminta Harjo menyatakan, pemerintah perlu mengkaji ulang tata ruang di Culamega karena berpotensi bencana. Selama ini, warga belum tanggap bencana karena musibah banjir dan longsor sebesar ini baru pertama kali terjadi.
”Memang beberapa tahun terakhir ada longsor di beberapa lokasi, tetapi jauh dari permukiman. Bencana ini baru pertama kali terjadi dan menghancurkan dusun. Relokasi menjadi opsi terakhir, tetapi perlu ada kajian mendalam dari para ahli. Kami harap pemerintah membantu,” ujarnya.
Sementara itu, longsor juga terjadi di kawasan Gentong, Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu, sekitar pukul 09.30. Sebagian ruas jalan penghubung Bandung-Jawa Tengah itu ambles dengan panjang 30 meter dan kedalaman 13 meter. Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Tasikmalaya Ajun Komisaris Andriyanto mengatakan, penyebabnya diduga curah hujan tinggi dan tingginya beban jalan di kawasan itu.
”Sejauh ini lalu lintas masih lancar. Kami menerapkan sistem buka tutup untuk meminimalkan kemacetan di sana,” katanya.