JAKARTA, KOMPAS — PT Merpati Nusantara Airlines yang berhenti beroperasi pada 2014 optimistis akan terbang lagi pada 2019. Namun, ada beberapa catatan yang perlu diselesaikan, salah satunya terkait penundaan kewajiban pembayaran utang.
Pengadilan Niaga Surabaya kembali memperpanjang masa penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) hingga Rabu (14/11/2018). Hal itu terjadi karena beberapa pihak meminta tambahan waktu untuk mempelajari rencana bisnis (business plan) yang sebelumnya telah diajukan MNA. PKPU ini terkait utang MNA senilai Rp 10,7 triliun kepada lebih dari 7.000 kreditor.
Menurut pemberitaan Kompas (21/6/2014), Merpati Nusantara Airlines berhenti beroperasi dengan kondisi ”berdarah-darah”. Utang yang ditanggung perusahaan itu sekitar Rp 7 triliun. Utang tersebut kemudian membengkak seiring berjalannya waktu.
Sejak itu berbagai upaya untuk mempertahankan MNA sudah banyak dilakukan pemerintah, seperti restrukturisasi dan revitalisasi dengan cara memberikan suntikan dana berkali-kali hingga mengusulkan MNA untuk membuat anak usaha baru, yaitu Merpati Maintenance Facility dan Merpati Training Center. Hal itu ditujukan agar pengelolaan MNA dan dua anak usaha barunya itu terpisah sehingga ada investor yang berminat membantu.
Usulan tersebut kemudian diterima oleh MNA. Kedua anak perusahaan itu diakui Direktur PT MNA Asep Ekanugraha kini berjalan dengan baik sebagai salah satu langkah restrukturisasi. ”Jika hasil putusan PKPU adalah homologasi atau debitor dan kreditor konkuren sepakat untuk mengakhiri kepailitan, kemungkinan Merpati terbang lagi adalah sebuah keniscayaan,” ujar Asep, Minggu (11/11/2018), di Jakarta.
Menurut Asep, sebelumnya MNA telah mengajukan proposal perdamaian yang telah disetujui 95 persen kreditor konkuren dan separatis yang hadir dalam pemungutan suara.
Bahkan, MNA juga sudah menemukan investor yang bersedia membantu. Investor itu, dikatakan oleh Asep, adalah PT Intra Asia Corpora. Investor tersebut akan membantu MNA membayar utang-utangnya secara periodik serta membantu mempersiapkan operasionalisasi kembali Merpati.
Kebangkitan Merpati pada masa ini, menurut Direktur Operasional PT Merpati Training Center Bagus Panuntun, merupakan momentum bagi negara untuk memperbaiki industri penerbangan menjadi lebih sehat.
Menurut Bagus, Merpati akan mengambil peran yang strategis bagi negara untuk kembali melayani rute penerbangan perintis. ”Dengan kembalinya Merpati, pilihan masyarakat akan semakin banyak. Rute penerbangan yang tidak ada lagi sejak Merpati berhenti beroperasi bisa ada lagi,” ujar Bagus.
Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai keputusan Merpati untuk terbang lagi akan menemui sejumlah tantangan. ”Menghidupkan kembali Merpati rasanya seperti membuat orang yang selama ini koma untuk ikut bersaing. Saya rasa ini akan sangat berat,” kata Alvin saat dihubungi secara terpisah.
Alvin merinci tantangan yang kemungkinan akan dihadapi MNA, seperti persaingan pasar, mekanisme perizinan, jumlah pesawat, serta sumber daya manusia yang akan membantu operasionalisasi kembali MNA. Menurut Alvin, bantuan dari investor kemungkinan hanya cukup untuk membuat posisi Merpati yang selama ini minus kembali ke posisi nol.
Strategi Merpati
Asep memaparkan beberapa strategi yang nantinya digunakan agar Merpati benar-benar bisa terbang lagi. Selain membantu menanggung utang Merpati, investor juga akan membantu Merpati membeli pesawat yang akan dioperasikan. Begitu persoalan pembayaran utang dan perizinan selesai, Merpati akan langsung memesan 40 pesawat jenis baru dari Rusia.
Merpati sudah menyusun rencana terkait penerbangan perdana. Merpati akan terbang perdana di wilayah Biak, Papua. Pemilihan untuk mulai terbang dari Biak bukan tanpa alasan. Menurut Asep, Merpati selama ini memiliki basis penumpang yang besar di Surabaya, Manado, dan Biak.
Sementara itu, target pasar Merpati adalah penerbangan dari dan menuju Indonesia timur meskipun tidak tertutup kemungkinan Merpati akan membuka rute ke Indonesia barat dan luar negeri.
Adapun apabila hasil dari PKPU nanti menyatakan bahwa MNA pailit, ada sejumlah kesempatan negara yang menurut Asep akan hilang. ”Kesempatan untuk mendapatkan piutangnya, kesempatan untuk mendapatkan hasil pembayaran pajak, dan kesempatan penyerapan tenaga kerja, khususnya pilot dan awak kabin,” ucap Asep. (KRISTI DWI UTAMI)