”Nih ada nih (video mesin) yang idup, nih. Tuh, lengannya naik turun,” kata Ahmad Yuli, Rabu (7/11/2018). Ahmad merupakan salah seorang penanggung jawab saringan sampah sungai Cengkareng Drain atau Saringan Cengkareng Drain, Kembangan, Jakarta Barat.
Hari itu, ia tengah bertugas bersama Hariyanto. Setiap dua hari sekali ia bertugas. Karena itulah, pada Jumat (9/11/2018), Ahmad libur. Di tempat tugas itu, Ahmad dan Hariyanto bergiliran dengan Dani Franrensius, Wiroyohadi, Trisno Adi Sasmoyo, M Fajar Pamungkas, dan Robbin Osborne.
Siang itu, Ahmad tengah menunjukkan rekaman dalam telepon genggamnya. Sebuah rekaman ketika enam mesin hidrolik, atau lebih tepatnya MEH (mechanical electrical hydraulic) otomatis, beroperasi di salah satu sisi saringan sampah.
Mesin tersebut menggerakkan ”lengan” yang di ujungnya terdapat semacam ”penggaruk”. Ujung-ujung garukan itu bekerja dengan mengangkati tumpukan sampah dari badan sungai yang terperangkap di salah satu sisi saringan.
Tumpukan sampah yang berhasil diperangkap lantas dibawa ke bagian atas mesin. Di bagian atas itu sudah menanti ban berjalan (conveyor belt) yang bersiaga membawa tumpukan sampah ke tempat penampungan sementara di salah satu sisi sungai.
Berikutnya, ekskavator akan melanjutkan tugas guna memindahkan tumpukan sampah ke atas bak truk pengangkut. Truk-truk tersebut lantas dikendarai menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Akan tetapi, pada saat ini, bukan itu yang terjadi. Enam mesin penggerak ”lengan-lengan” hidrolik tadi tengah mengalami kerusakan. Sebagai gantinya, sebuah ekskavator dengan ”lengan” relatif panjang ditempatkan di salah satu bagian permukaan sungai. Alat berat itu mengapung di atas sebuah platform untuk sewaktu-waktu dipergunakan.
Siang itu, empat truk tampak bersiap mengangkut sampah dari lokasi tersebut menuju TPST Bantargebang di Kota Bekasi. Sebuah ekskavator di darat tampak beroperasi dengan sejumlah gerobak sampah berada di sekitar.
Pada badan sungai dengan lebar sekitar 40 meter dengan kedalaman sekitar 3 meter itu terdapat endapan lumpur di bagian dasarnya. Tebal sedimen itu diperkirakan sekitar 1 meter.
Tujuh lagi
Kerusakan saringan sampah, atau lebih tepatnya mesin ”penggaruk” tumpukan sampah, dari bagian saringan di Cengkareng Drain bukanlah satu-satunya. Masih ada tujuh lokasi saringan lain dengan kerusakan serupa. Masing-masing adalah saringan Grogol-Palmerah, Saringan Grogol-Golkar, Saringan Setiabudi Barat, dan Saringan Angke Pesing. Selain itu, terdapat pula Saringan Mookervart, Saringan Cengkareng Drain, Saringan Teluk Gong, dan Saringan PGC Cililitan.
Kepala Satuan Pelaksana Prasarana dan Sarana Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Richard Jeremia, Rabu (7/11/2018), mengatakan, kerusakan di delapan lokasi saringan sampah tersebut terkait dengan kronologi sebelumnya. Ia menjelaskan, pada 2015-2016, sebanyak 27 saringan sampah sungai diserahterimakan dari Dinas Sumber Daya Air (dahulu bernama Dinas Tata Air).
Pada saat itu, semuanya dalam kondisi rusak. Upaya perbaikan dan perawatan lantas dilakukan. Penganggarannya dimulai pada 2017. Hingga saat ini, 19 lokasi saringan sampah sudah diperbaiki. Sisanya, kerusakan masih terjadi pada delapan lokasi saringan sampah sungai tadi.
Mesin-mesin buatan dalam negeri itu berfungsi secara otomatis berdasarkan pengaturan tertentu. Jadi, misalnya, periode operasi ”lengan-lengan” hidrolik tadi diatur untuk aktif setiap 15 menit sekali atau 30 menit sekali. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan volume penumpukan sampah yang cenderung terkait pula dengan dinamika kecepatan arus.
Richard mengutarakan, awal Desember menjadi target diselesaikannya perbaikan-perbaikan tersebut. Dengan demikian, awal puncak musim hujan yang kemungkinan membawa pula ancaman banjir telah bisa dihadapi.
Pasalnya, jika terlalu banyak tumpukan sampah terjebak di bagian saringan, aliran air akan terganggu. Pada gilirannya, bukan tidak mungkin potensi banjir pada sejumlah kawasan di mana terjadi kerusakan bagian saringan sampah sungai cenderung akan lebih tinggi.
Sebelumnya, data dari Dinas LH DKI Jakarta juga diunggah ke portal Jakarta Open Data di laman data.jakarta.go.id, yang merupakan portal data terpadu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Data tersebut terkait dengan kondisi saringan sampah sungai di Jakarta. Pada data yang diakses Selasa (6/11/2018) itu diketahui terdapat 10 saringan sampah yang mengalami kerusakan pada 2018.
Belakangan, seperti disebutkan Richard, jumlah yang mengalami kerusakan berkurang menjadi tinggal delapan. Bertepatan musim hujan yang mulai tiba, penting untuk memastikan segera selesainya perbaikan di delapan lokasi saringan.