Penyerangan Kantor Polisi Itu Tak Terduga
Polisi mendalami alasan R (30) menyerang petugas di Polsek Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (9/11/2018) dini hari. Pelaku tertembak, dan satu polisi terluka.
JAKARTA, KOMPAS - Kenekatan R mengundang tanda tanya. Pihak keluarga menduga, R putus asa lantaran mengidap penyakit paru-paru dan getah bening.
Kakak pelaku, Rohman (53), menuturkan, R menuju ke Polsek Penjaringan dengan motor milik kakaknya. Sesampainya di sana, dua golok yang ia bawa dari rumah dikeluarkan dan diayunkan pada petugas yang berjaga.
Kepala Polsek Metro Penjaringan Ajun Komisaris Besar Rachmat Sumekar mengatakan, R berusaha menyerang petugas yang membawa senjata api, dengan harapan ia ditembak mati. “Beberapa petugas yang tidak membawa senjata api tidak diserang pelaku,” katanya.
Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Ajun Komisaris Irawan yang mendengar keributan keluar untuk membantu menenangkan pelaku, tetapi diserang hingga tangannya terluka dan terjatuh. Anggota Reskrim yang sedang piket datang dan menenangkan pelaku.
Aksi R dihentikan setelah ada tembakan di pangkal lengan kanan pelaku.
Jadi pendiam
Sejak keluar dari pekerjaan sebagai pelayan toko, 12 tahun lalu, R perlahan menarik diri dari pergaulan. “Adik saya berubah menjadi pendiam sejak menganggur,” ujar Rohman saat ditemui di rumahnya.
Dalam 12 tahun, R tidak pernah keluar rumah selain untuk ibadah. Setiap hari, ia mengurung diri di kamar seluas 2x3 meter, termasuk untuk berdoa.
Sifat pemalu dan tertutup R semakin parah ketika tiga tahun lalu ia didiagnosa mengidap penyakit paru-paru dan getah bening. Untuk pergi ke dokter pun R harus didampingi kakak perempuannya karena ia takut bepergian sendiri.
“Kalau enggak didampingi, dia pasti bohong dan enggak ke dokter,” ujar Rohman.
R pernah membohongi kakak perempuannya, Hastuti (32), dengan menunjukkan kuitansi lama karena ia tidak berani pergi ke dokter sendirian. Kebohongan R pada Hastuti soal pengobatan menyadarkan Rohman bahwa adiknya putus asa bisa sembuh dari penyakit yang diidapnya.
“Soal pengobatan sebenarnya tidak ada kesulitan, tetapi mungkin memang tekanan akibat lama menganggur membuat dia semakin frustasi dan putus asa,” kata Rohman.
Sebelum beraksi Jumat dini hari itu, R sempat menulis surat untuk Hastuti. Dalam surat itu, ia berpamitan dan meminta maaf karena telah banyak membebani keluarga.
“Dia itu malu karena lama menganggur dan sedih karena penyakitnya tidak kunjung sembuh,” kata Rohman.
Kakak pertama R itu yakin adiknya dirundung rasa putus asa yang mendalam hingga nekat melakukan aksi penyerangan.
Selidiki motif
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono, mengatakan, Densus 88 Anti Teroris menyelidiki penyerangan ini. “Motifnya masih didalami. Barang yang disita adalah tas warna hijau, sepeda motor, pisau, dan golok,” kata Argo.
Menurut Argo, penyerangan terjadi sekitar jam 01.30. R yang mengendarai sepeda motor, berhenti di depan Polsek Penjaringan. Seorang anggota Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) mendatangi R untuk bertanya.
“Belum sempat menanyakan tiba-tiba pelaku R dengan golok di tangan kanan dan pisau di tangan kiri langsung menyerang. Anggota SPK menghindar dan berteriak minta tolong. Pelaku juga memecah kaca dengan goloknya,” kata Argo.
Kepala SPK Ajun Komisaris Irawan yang mendengar keributan keluar untuk membantu menenangkan pelaku, tetapi diserang hingga tangannya terluka dan terjatuh. Kemudian datang anggota Reskrim yang sedang piket ikut membantu menenangkan pelaku.
“Setelah tidak bisa dinegosiasi, anggota Reskrim melumpuhkan pelaku menggunakan senjata api. (Peluru) mengenai tangan kanan pelaku dan goloknya lepas,” kata Argo. (Pandu Wiyoga)