DEPOK, KOMPAS – Sejak meningkatnya intensitas hujan pada Oktober 2018, setidaknya sudah ada 14 longsor yang terjadi di wilayah Kota Depok. Terakhir, dua longsor terjadi di lokasi berbeda pada Kamis (8/11/2018) malam. Masyarakat diminta mewaspadai ancaman longsor tersebut.
Longsor di Kota Depok telah terjadi di wilayah tebing Sugutamu, Baktijaya, Sukmajaya; Kali Laya Pasar Pal; Tanah Baru, Beji; Saluran Sekunder Cabang Tengah, Pancoran Mas; Perum PGRI Kalibaru, Cilodong; Kali Sugutamu, Abadi Jaya, Sukmajaya; Kali Kumpa Cluster Gardenia Blok N; Aruba Residence; Tebing Baktijaya, Sukmajaya; Permata Regency Cluster Jade XV; Pesona Depok dan Permata Regency Cluster Ruby.
Kepala Seksi Operasi dan Pemeliharaan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Depok, Bahtiar Ardiansyah mengatakan, pihaknya telah melakukan beberapa upaya untuk penanganan longsor tersebut. Antara lain dengan membangun turap, memasang cerucuk dan bronjong.
“Misalnya di Kali Laya Pasar Pal sudah kami bangun turap berbentuk U sepanjang 600 meter. Mudah-mudahan tahun depan bisa ditambah lagi,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya pada Jumat (9/11/2018) siang.
Menurutnya, banyaknya kejadian longsor terjadi karena tanggul yang tak kuat menahan beban. Misalnya yang terjadi di beberapa lokasi perumahan karena kondisi tanggul tua yang dulunya dibangun oleh pengembang perumahan.
Bahtiar menambahkan, masifnya pembangunan bangunan juga turut menjadi salah satu penyebab terjadinya longsor. Karena air cenderung sulit menyerap ke tanah. “Dulu kalau turun hujan air bisa meresap. Sekarang air cenderung menuju saluran. Otomatis dinding-dinding saluran tersebut jadi rawan longsor,” ujarnya.
Dua longsor
Dua longsor terakhir terjadi pada Kamis malam saat hujan deras melanda Kota Depok. Longsor pertama terjadi di Tebing saluran sekunder cabang tengah di sayap jembatan akses perumahan Permata Regency, Ratujaya, Pancoran Mas. Longsor kedua terjadi di Tebing anak kali krukut RT 08/10 Jalan Bulak Pinang, Cipayung.
Setidaknya ada enam pedagang yang terdampak longsor di jembatan akses masuk perumahan Permata Regency. Beruntung seluruh pedagang berhasil melarikan diri. Namun, tiga gerobak dan satu sepeda motor ikut tergerus longsoran.
Para pedagang sebelumnya mengaku melihat aliran air hujan dari tanah masuk ke dalam retakan di tepi jalan. Mereka sempat kebingungan melihat air hujan tersebut tidak mengalir seperti biasanya. Begitu mengetahui tanah bergerak perlahan, sontak mereka berlarian.
“Waktu itu hujan besar dan air hujan masuk kemari (retakan), pas tahu tanah bergerak semuanya langsung kabur. Di tempat saya padahal baru ada orang beli,” kata Abdullah Hafiz, pedagang martabak di area longsor.
Rawan longsor
Lurah Ratujaya, Shobarudin, mengatakan bahwa area tersebut memang sudah menjadi area rawan longsor. Dinding turap juga tampak sudah retak sebelumnya. Sejumlah pedagang juga pernah diperingatkan.
“Tapi ya kita tidak bisa prediksi. Malam itu memang hujan sedang deras-derasnya,” katanya.
Di seberang lokasi tersebut terdapat perlintasan rel kereta api. Antara rel tersebut dan saluran sekunder cabang tengah itu dipisahkan oleh Jalan Raya Citayam yang relatif padat. Getaran dari kereta dan kendaraan yang melintas diperkirakan menjadi salah satu pemicu rekahan tanah.
“Getaran dari laju kendaraan menyebabkan tanah menjadi labil. Itu menjadi sebagian kecil penyebab,” ungkap Bahtiar Ardiansyah.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi longsor. Sebab meningkatnya intensitas hujan juga dapat meningkatkan potensi bencana.
“Tanda-tanda potensi longsor antara lain munculnya retakan, rembesan atau mata air, serta pohon yang miring,” katanya. (FAJAR RAMADHAN)