“Kartu Merah” untuk Wartawan CNN, Perang Terbaru Trump dengan Media AS
Konferensi pers Presiden AS Donald Trump dengan wartawan Gedung Putih, Rabu (7/11/2018) waktu setempat, diwarnai ketegangan yang berakhir dengan larangan terhadap wartawan CNN, Jim Acosta, untuk meliput acara di Gedung Putih. Alasan Gedung Putih, pelarangan itu tidak terkait perseteruan Acosta dengan Trump, tetapi terkait perilaku Acosta yang dinilai berbuat tidak patut terhadap salah seorang perempuan anggota staf Gedung Putih.
Ini babak terbaru perang antara Gedung Putih dan media, sekaligus menandai fase baru ketegangan dalam pertempuran panjang antara Trump dan media-media AS yang kritis terhadap pemerintahannya sejak ia menjabat presiden awal tahun 2017.
Juru Bicara Kantor Kepresidenan Sarah Huckabee Sanders mengatakan, Acosta ”dihukum” karena perilakunya yang tidak patut terhadap perempuan tersebut. Persisnya, Acosta disebut telah menggenggam tangan petugas perempuan yang akan mengambil mikrofon darinya saat Acosta terlibat perdebatan dengan Trump. Sanders mengunggah video untuk membuktikan klaimnya di Twitter.
Namun, sejumlah analis dan wartawan menyatakan, video yang diunggah Sanders telah dimanipulasi, dengan tayangan gerakan yang dipercepat untuk memperlihatkan bahwa Acosta terlihat menyerang ke arah perempuan anggota staf Gedung Putih tersebut.
”Saya pikir kita sudah melakukan hal yang tidak bisa diterima karena alasan mencabut izin liputan adalah sebuah kebohongan,” kata Dan Kennedy, Profesor Jurnalisme di Universitas Northeastern, Boston, Massachusetts, AS.
”Sebuah kebohongan yang bisa dilihat sendiri oleh mereka yang telah melihat video tersebut. Kita sudah melampaui ke teritorial baru, bukan saja Gedung Putih berbohong, padahal sudah jelas, dan mereka berharap orang-orang yang loyal kepada mereka akan mempercayai (video) itu,” kata Kennedy melanjutkan.
Prinsip utama kebebasan pers itu bahwa pemerintah tidak boleh dibiarkan memutuskan siapa yang bisa mengawasi mereka.
Jeff Mason, wartawan Reuters dan mantan Ketua Asosiasi Koresponden Gedung Putih, mengatakan melalui akun Twitter-nya, ”Saya duduk di dekat @Acosta pada konferensi pers hari ini dan tidak melihat dia ’meletakkan tangan’ pada orang muda yang magang itu, seperti yang dituduhkan Gedung Putih.”
Adu mulut
Acosta, wartawan CNN yang ditugaskan meliput acara di Gedung Putih, hari itu bersama puluhan wartawan lainnya mengikuti jumpa pers cukup penting pascapemilu sela yang baru diselenggarakan di AS. Awalnya, Acosta menanyakan tentang isu rombongan migran yang digunakan Trump dalam kampanye pada hari-hari terakhir. Acosta meminta penjelasan soal pengertian rombongan yang disebut Trump dengan ”serbuan” itu.
Bukannya menjawab pertanyaan, Trump mengatakan, ”Anda seharusnya membiarkan saya bekerja untuk negara. Anda bekerja di CNN dan, kalau Anda bekerja baik, peringkat Anda akan lebih baik.”
Setelah wartawan itu menanyakan pertanyaan berikut tentang investigasi keterlibatan Rusia dalam pemilihan presiden tahun 2016, Trump berupaya mengalihkan giliran kepada wartawan lain. Namun, Acosta ngotot dengan lanjut bertanya. Trump kembali menyerang Acosta dan CNN.
”Anda kasar, orang yang menyebalkan. Seharusnya Anda tak bekerja di CNN. Cara Anda memperlakukan Sarah Sanders buruk. Anda seharusnya tidak memperlakukan orang dengan cara itu,” kata Trump.
Peter Alexander, rekan sesama wartawan dari NBC News, membela Acosta. Ia mengatakan Acosta sebagai orang baik dan tekun. Trump bertambah sengit. ”Saya bukan pengagum Anda juga,” sela Trump kepada Alexander.
Adu mulut kembali terjadi ketika Acosta berdiri lagi dari tempat duduknya dan melontarkan pertanyaan baru tentang bahan peledak yang dikirim kepada CNN dan sejumlah lawan politik Trump. Trump meminta Acosta duduk dengan tambahan kalimat bernada mengejek.
”Ketika Anda melaporkan berita bohong, sebagaimana yang banyak dilakukan CNN, Anda merupakan musuh rakyat,” kata Trump.
”Kartu merah” diberikan untuk Jim Acosta. Acosta menyangkal tuduhan Sarah Sanders bahwa dia memegang tangan petugas perempuan Gedung Putih itu.
Penolakan asosiasi wartawan
CNN menyatakan, serangan Trump kepada pers sudah terlalu jauh. ”Trump sudah memperlihatkan dengan jelas bahwa dia tidak menghormati kebebasan pers, padahal dia sudah disumpah wajib melindungi (kebebasan pers),” demikian CNN menanggapi kejadian di Gedung Putih itu.
Melarang akses ke kompleks Gedung Putih merupakan reaksi yang tak sejalan dengan pelanggaran dan tidak bisa diterima.
Asosiasi Koresponden Gedung Putih pada Rabu itu juga mengeluarkan pernyataan yang ”menolak keras keputusan pemerintahan Trump yang memanfaatkan mandat Dinas Rahasia AS sebagai alat menghukum wartawan yang selama ini hubungannya sulit. Melarang akses ke kompleks Gedung Putih merupakan reaksi yang tak sejalan dengan pelanggaran dan tidak bisa diterima”.
Dalam surat protesnya, asosiasi meminta Gedung Putih segera mencabut tindakan yang keliru tersebut.
Insiden di Gedung Putih tersebut merupakan peristiwa terbaru dari rangkaian perselisihan antara Trump dan media-media utama di AS, menyusul pernyataan Trump yang menyebut liputan media yang tidak disukainya dengan istilah ”berita bohong”. Pemerintahan Trump juga mengancam mencabut izin liputan sejumlah organisasi media.
Craig Aaron, aktivis kelompok Free Press, menyebut tindakan Trump adalah ”serangan langsung dan berbahaya kepada hak-hak publik untuk mendapatkan pertanggungjawaban para pemimpin mereka”. Aaron menyerukan ada sikap yang solid di kalangan media.
”Jika diperlukan, walkout, aksi boikot, atau mematikan kamera saat presiden berada di podium. Mereka seharusnya melakukan itu,” ujar Aaron.
Namun, analis media tidak yakin aksi boikot itu bakal terjadi. ”Korps wartawan Gedung Putih adalah binatang tanpa otak,” kata Jay Rosen, profesor Universitas New York, AS, melalui Twitter. ”Mereka tidak bisa membuat keputusan-keputusan. Hanya masing-masing organisasi media, sebagian anggota korps itu, yang bisa melakukan hal tersebut.”
Ken Paulson, presiden organisasi First Amendment Center di Newseum, Washington DC, dan Dekan Studi Media di Middle Tennessee State University, mengatakan bahwa CNN dan organisasi media lain harus tetap bersikap tegas. ”Prinsip utama kebebasan pers itu bahwa pemerintah tidak boleh dibiarkan memutuskan siapa yang bisa mengawasi mereka,” kata Paulson.
”Jika Jim Acosta dicoret, CNN harus mengirim reporter yang sama tangguhnya dan menggunakan waktunya jauh lebih banyak untuk menggali informasi di luar dinding Gedung Putih.” (AFP/AP/REUTERS/SAM)