JAKARTA, KOMPAS — Pada operasi SAR kesebelas, Kamis (8/11/2018), Badan SAR Nasional atau Basarnas berhasil membawa delapan kantong jenazah ke Jakarta International Container Terminal II, Tanjung Priok. Dengan demikian, total kantong jenazah yang sudah diserahkan kepada Disaster Victim Indentification Polri menjadi 195 kantong.
Untuk rencana operasi SAR pada Jumat (9/11), Basarnas akan menurunkan 220 anggotanya. Tak hanya itu, empat kapal, empat rigid inflatable boat (RIB), dan beberapa perahu karet akan digunakan untuk operasi SAR.
Kelapa Bagian Humas Basarnas Suhri Sinaga mengatakan, pada operasi hari kedua belas esok hari, pihaknya akan mengirimkan 60 penyelam untuk mencari jenazah ataupun komponen pesawat.
Adapun untuk strategi pencarian esok hari, Basarnas masih akan tetap memakai pola yang sama dengan operasi SAR sebelumnya. ”Pola pencariannya di radius 360 nautical miles persegi untuk pencarian di permukaan air dan 1,8 kilometer untuk penyelaman,” ujar Suhri dalam konferensi pers Basarnas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis malam.
Terkait pencarian komponen pesawat, tim operasi SAR yang berada di Kapal Riset Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memilih mengoptimalkan remotely operated vehicles (ROV) pada pencarian di malam hari. Sementara itu, penyelam hanya akan diturunkan pada siang hari.
”Kami perlu mempertimbangkan keterbatasan waktu penyelam di dalam air dengan kedalaman 35 meter sehingga untuk pencarian secara visual lebih baik mengandalkan operasi ROV,” kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Muhammad Ilyas.
Sinyal ping memang terdengar samar sejak operasi SAR Selasa. Namun, Ilyas optimistis cockpit voice recorder dapat ditemukan dengan bantuan ROV yang berlengan.
”Dulu, waktu jatuhnya pesawat Adam Air di Selat Makassar pada kedalaman sekitar 2.000 meter, beacon black box juga sudah tidak mengirimkan ping atau sinyal. Namun, dengan operasi ROV yang berlengan, akhirnya black box dapat ditemukan,” kata Ilyas.
Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kembali menerima serpihan pesawat dari Basarnas. Salah satu serpihan tersebut adalah roda pesawat yang robek. Pada pukul 11.42 WIB, seluruh serpihan dibawa dari dermaga JICT II ke laboratorium KNKT untuk diteliti lebih lanjut.
Pada proses pencarian bersama Basarnas, KNKT masih fokus mencari CVR serta komponen pesawat yang lain. Sayangnya, hingga pencarian hari kesebelas selesai, alat ini belum ditemukan.
Setelah tim penyelam dari TNI Angkatan Laut yang selama ini ditugasi mencari serpihan sudah diposisikan siaga, tim penyelam Basarnas harus mengambil alih peran itu.
Penyesuaian masih diperlukan oleh tim penyelam Basarnas yang selama ini difokuskan untuk mencari jenazah. Mereka masih belum familiar menggunakan peranti, seperti ping locator dan alat-alat penangkap sinyal sejenisnya. Terkait hal ini, crisis center KNKT masih akan memperhitungkan langkah ke depan.
Walau perpanjangan pencarian korban oleh Basarnas hingga saat ini masih ditetapkan sampai dengan Sabtu (10/11), pihak KNKT akan memperpanjang masa pencarian CVR dan komponen lain.
”Dari KNKT dan BPPT mungkin akan memperpanjang masa pencarian hingga CVR ditemukan,” kata Investigator KNKT Ardi gunawan. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH/KRISTI DWI UTAMI)