Saringan sampah sungai di DKI Jakarta berada dalam kondisi rusak. Hal ini dikhawatirkan memperbesar risiko banjir di sejumlah lokasi terkait.
Berdasarkan data dari portal Jakarta Open Data di laman data.jakarta.go.id yang merupakan portal data terpadu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, terdapat 10 saringan sampah yang mengalami kerusakan pada 2018. Dari data yang berasal dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta itu juga diketahui, secara total terdapat 27 saringan sampah sungai yang didata dari wilayah pusat, utara, barat, selatan, dan timur.
Sepuluh saringan sampah yang rusak itu berada di wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Masing-masing terdapat tiga saringan sampah di Jakarta Utara dan tujuh saringan sampah di Jakarta Barat.
Di Jakarta Barat, saringan sampah rusak itu berada di Saringan Cengkareng Drain, Saringan Kali Grogol-Palmerah Lanjutan Sampah PHB Jatipulo, Saringan Inlet Waduk Tomang, Saringan Kali Grogol-Golkar, Saringan Mookervart, Saringan Sekretaris, dan Saringan Kali Angke Pesing. Sementara di Jakarta Utara, saringan sampah rusak berada di Saringan Teluk Gong, Saringan Waduk Pluit (Muara Baru), dan Kali Sunter Saringan Kresek.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi pada Selasa (6/11/2018) mengatakan bahwa fungsi saringan sebagai pengendali sampah pada sungai-sungai di Jakarta cukup penting. Hal ini mengingat relatif banyaknya sampah dibuang ke aliran sungai menyusul cenderung masih buruknya manajemen pengolahan sampah di Jakarta.
”Logikanya, ini akan memperparah (kemungkinan) banjir di titik lokasi,” kata Tubagus.
Adapun sebagian lokasi dimaksud adalah wilayah Kecamatan Kembangan, Palmerah, Grogol Petamburan, dan Kalideres di Jakarta Utara. Di Jakarta Utara, wilayahnya meliputi Kecamatan Penjaringan dan Koja.
Akan tetapi menurut Tubagus, persoalan utama banjir di Jakarta yang berlangsung secara laten adalah terjadinya alih fungsi kawasan serapan air menjadi kawasan komersial. ”Seperti (beralih fungsi) menjadi pusat perbelanjaan, perkantoran, permukiman elite, dan lain-lainnya,” kata Tubagus.
Ia menambahkan, wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur bakal diprediksi mengalami potensi banjir tingkat menengah menyusul alih fungsi tersebut. Sementara di wilayah lain, banjir diperkirakan terjadi dengan intensitas menengah hingga rendah.
Adapun daerah rawan banjir di DKI Jakarta, sebagaimana dikutip dari portal Jakarta Open Data yang bersumberkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah 2014, didominasi wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Sejumlah kawasan, seperti Cilincing, Kamal Muara, dan Penjaringan di Jakarta Utara, menjadi sebagian lokasi yang memiliki kerawanan tersebut. Sementara di Jakarta Timur terdapat kawasan, seperti Kebon Pala, Jatinegara, dan Kramatjati, yang termasuk dalam kawasan rawan.
Menanggapi hal tersebut, Pelaksana Tugas Kepala UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Andono Warih menyarankan untuk menghubungi Kepala Satuan Pelaksana Prasarana dan Sarana Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air Dinas LH DKI Jakarta Richard Jeremia. Akan tetapi, hingga berita ini disusun, Richard belum merespons panggilan telepon dan pesan singkat yang ditujukan kepadanya.