MANADO, KOMPAS - Sejumlah bangunan dan infrastruktur di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, dilaporkan rusak akibat guncangan gempa bermagnitudo 5,3 pada Selasa (6/11/2018). Pemerintah daerah setempat masih terus mendata kerusakan akibat dampak gempa itu, termasuk di pulau-pulau.
Bupati Sangihe Jabes Gaghana, saat dihubungi dari Manado, Rabu (7/11), mengatakan, kerusakan akibat gempa yang terjadi pukul 10.51 Wita itu tengah didata sambil menunggu laporan dari kecamatan di pulau-pulau.
Jabes mengatakan, salah satu dampak gempa di Tahuna, ibu kota kabupaten, yakni amblasnya sebagian tanah di pesisir pantai Kelurahan Apengsembeka. Bagian tanah yang amblas ke laut itu sepanjang 50 meter dengan lebar satu meter. Hal tersebut memengaruhi konstruksi beton di Jalan Boulevard, salah satu jalan utama di Tahuna.
Di samping tanah amblas, beberapa plafon gedung sekolah dan pemerintahan juga rusak, seperti di salah satu ruangan gedung perkuliahan Politenik Nusa Utara di Tahuna Timur. Beruntung, saat plafon ambruk, ruangan kuliah kosong.
Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa berkedalaman 10 kilometer itu berpusat di laut, sekitar 21 kilometer arah barat daya Sangihe.
Kepala Sekolah SMA Negeri I Tatoareng Grace Rompas mengatakan, sebuah jembatan sepanjang 10 meter di Kecamatan Tatoareng nyaris patah akibat guncangan gempa itu. Jembatan yang menghubungkan sekolah dengan wilayah permukiman tersebut kini rusak.
Akibat kondisi itu, Grace mengatakan, siswa harus menggunakan perahu untuk menuju sekolah. “Guncangan gempa membuat kondisi jembatan lebih parah dan tidak dapat digunakan,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sangihe Revolius Pudihang mengatakan, gempa terasa kuat di sejumlah kecamatan, antara lain Manganitu, Tahuna, dan Tatoareng. Gempa yang sempat membuat warga cemas itu membuat pemerintah kabupaten berinisiatif memulangkan anak sekolah.
“Anak-anak sekolah kami pulangkan usai gempa, khawatir gempa susulan. Sekarang kondisinya sudah normal,” kata Revolius.
Setelah gempa, warga hampir dua jam berada di luar rumah. Para pegawai negeri yang bekerja pun enggan balik ke ruangan kerja. Sejumlah toko swalayan dan warung juga tutup.
Ronny Gandaria, warga Tahuna, mengatakan, masyarakat khawatir dengan bencana gempa seperti yang terjadi di Palu dan Donggala. Ia menambahkan, sebagian warga bahkan telah mengemas barang di rumahnya untuk bersiap lari ke gunung.
Melalui pengeras suara, sejumlah petugas kelurahan dan kecamatan serta mobil keliling dari BPBD Sangihe berkeliling kota untuk mengimbau masyarakat agar tidak panik.