Pengobatan Presisi Jadi Harapan Baru di Bidang Medis
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Berbagai pusat medis di seluruh dunia semakin fokus mengembangkan riset dan penelitian terkait pengobatan presisi. Pengobatan ini diyakini menjadi masa depan layanan kesehatan yang mampu menyelesaikan masalah kesehatan individu secara spesifik dan efektif.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menyampaikan, dunia medis dalam lingkup global saat ini sudah mengarah pada pengembangan pengobatan presisi atau pengobatan tepat sasaran (precision medicine). Indonesia juga harus siap mengembangkan pengobatan tersebut.
“Pengobatan presisi ini didasarkan pada analisis genom. Dari informasi genom akan diketahui risiko kesehatan yang bisa dialami seseorang. Diagnosis dan terapi yang diberikan pun akan spesifik sesuai kondisi individu tersebut. Bisa saja, dengan diagnosis umum tidak terdeteksi masalah kesehatannya,” ujarnya di sela-sela acara The 3rd Annual International Conference and Exhibition on Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) di Jakarta, Senin (5/11/2018).
Pengobatan presisi ini didasarkan pada analisis genom. Dari informasi genom akan diketahui risiko kesehatan yang bisa dialami seseorang. Diagnosis dan terapi yang diberikan pun akan spesifik sesuai kondisi individu tersebut.
Genom merupakan semua informasi genetik dari setiap sel atau organisme. Informasi mengenai genom sangat dibutuhkan untuk memahami makhluk hidup, khususnya mengenai risiko kesehatan, daya tahan terhadap penyakit, serta bentuk fisik dan karakter makhluk hidup tersebut. (Kompas, 27/4/2018).
Guru Besar Bidang Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Ciptomangunkusumo (FKUI-RSCM) Budi Wiweko menilai, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan pengobatan presisi. Jumlah masyarakat Indonesia yang besar bisa menjadi aset berharga dalam membentuk data genetika populasi.
Meski begitu, kondisi ini juga menjadi tantangan terutama terkait dukungan dana riset. “Malaysia itu menginvestasikan dana untuk data genetika populasi hingga sekitar Rp 10 triliun. Data ini tidak hanya bermanfaat untuk terapi atau pengobatan, tetapi juga sebagai upaya preventif masalah kesehatan masyarakatnya,” katanya.
Regulasi pemerintah, tambah Budi, menjadi sangat penting untuk mendukung pengembangan riset yang terpadu terkait pengobatan presisi. Saat ini, penelitian dan pengembangan dilakukan di Pusat Genom Nasional di bawah Lembaga Eijkman. Melalui penguatan regulasi, penelitian dan pengembangan diharapkan bisa dilakukan secara lebih luas sehingga hasilnya pun lebih maksimal.
Revolusi perawatan penyakit
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Gandes Retno Rahayu berpendapat, pengetahuan genom akan merevolusi berbagai aspek perawatan penyakit, seperti kanker. Perubahan yang bisa terjadi mulai dari prediksi kanker, penapisan, diagnosi, pengobatan, hingga pengawasan pascaperawatan.
Pengetahuan genom akan merevolusi berbagai aspek perawatan penyakit, seperti kanker.
Diagnostik genetik pun akan memungkinkan penargetan obat menjadi lebih efisien dan efektif. Dosis yang diberikan juga lebih tepat dan meminimalkan efek samping yang dihasilkan. “Bentuk pengobatan baru, terutama untuk penyakit genetika atau penyakit turunan akan muncul berdasarkan informasi genom,” katanya.
Staf pengajar dari Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor Wisnu Ananta Kusuma menambahkan, pengobatan presisi membutuhkan integrasi dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Selain itu, peran Artificial Intelligence (AI), data raksasa, dan internet of things harus bisa dimanfaatkan secara optimal dalam pengembangan penelitian dan riset yang dilakukan.