KARAWANG, KOMPAS - Keluarga dan rekan korban kecelakaan Lion Air PK-LQP berdoa bersama di lokasi jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11/2018) siang. Keluarga menerima dengan ikhlas atas musibah yang terjadi.
Ada dua kapal yang membawa keluarga ke lokasi, yakni Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh dan KRI Banjarmasin. Di KRI Banjarmasin, sekitar 300-an anggota keluarga dan rekan berdoa bersama, dipimpin oleh anggota TNI dengan latar belakang agama masing-masing. Tangis dan haru keluarga, rekan, anggota TNI, anggota Basarnas, dan relawan mengiringi doa itu.
"Sekarang kita ke sini untuk berdoa bersama. Insyaallah ini bisa diterima keluarga. Semoga segenap tim yang bertugas diberi kemudahan," ujar Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Marsekal Madya Muhammad Syaugi.
Ia juga mengatakan, pencarian korban akan dievaluasi Rabu (7/11/2018) besok. Jika evaluasi dinyatakan cukup untuk pencarian, hal itu akan disudahi. Namun, jika masih ada kemungkinan ditemukan bagian tubuh korban dan bagian pesawat, pencarian akan diperpanjang.
Setelah melakukan doa bersama, seluruh keluarga dan rekan menuju geladak kapal. Mereka berdoa sambil memandangi perairan Teluk Karawang. Sebagian di antara mereka ada yang menaburkan bunga sampil merapal doa lirih.
Dani Iskandi (40), adik penumpang kecelakaan Lion Air Doni Iskandi, berharap agar kakaknya bisa ditemukan. "Apapun bentuknya, saya berharap sekali bisa ditemukan. Kami sekeluarga ingin memakamkannya sebagai kenangan dan didoakan," ujarnya.
Dani mengatakan, keluarganya saat ini sudah menerima kenyataan. Setelah melihat lokasi, ia paham bahwa lokasi jatuhnya pesawat tidak mudah untuk melakukan pencarian di lokasi jatuhnya pesawat. Ia juga melihat kapal-kapal Basarnas dan TNI yang lalu lalang melakukan proses pencarian.
Pendampingan
Psikolog Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah DKI Jakarta Raya, Tri Iswardani, mengatakan, saat ini pendampingan psikologi keluarga korban kecelakaan pesawat dilakukan oleh Tim Psikologi Gabungan yang dipimpin Kepala Bagian Psikologi Biro Sumber Daya Manusia Polda Metro Jaya, berposko di RS Polri Kramatjati Jakarta Timur.
Tri mengatakan, kondisi psikologi keluarga penumpang kecelakaan pesawat bermacam-macam. Menurutnya, orang-orang di sekitar perlu dengan tepat memperlakukan anggota keluarga yang tertekan.
"Mereka butuh perhatian yang tepat dari orang-orang di sekitar, seperti anggota keluarga, tetangga, dan rekan kerja. Jangan ungkit-ungkit lagi perihal kecelakaan, firasat, dan perasaan," kata Tri.
Menurutnya, orang-orang di sekitar perlu mendampingi dalam bentuk perhatian yang normal. Ketika orang yang tertekan butuh didengar, orang-orang di sekitar perlu mendengarkan keluh kesah mereka dengan tulus. Orang-orang di sekitar sebaiknya memotivasi dan memperhatikan kebutuhan dasar.
"Mereka jangan sampai telat makan dan minum. Penuhi kebutuhan dasarnya, tetapi jangan memaksa. Kondisi psikologi keluarga korban akan pulih seiring berjalannya waktu. Jika dirasa parah dalam jangka waktu lama, hubungi pendamping psikologi kami," ujarnya. (SUCIPTO)