Kebijakan Keras terhadap Pencari Suaka Sebabkan Partai Liberal Kalah
Oleh
Retno Bintarti
·2 menit baca
Kerryn Phelps, anggota parlemen Australia yang baru terpilih, meyakini kebijakan keras terhadap pencari suaka tidak disukai. Dia berharap setelah ini parlemen akan mempertimbangkan kebijakan tersebut.
Hal ini disampaikan Phelps saat mengumumkan kemenangannya, Senin (5/11/2018), di Sydney. Phelps yang berasal dari kubu independen secara mengejutkan mengungguli Dave Sharma dari Partai Liberal dalam pemilu sela 20 Oktober lalu untuk daerah pemilihan elite di Wentworth, Sydney timur. Sebanyak 20 persen pemilih mengambang menjadi penentu kemenangan Phelps.
Dengan terpilihnya Phelps, Partai Liberal yang selama berpuluh tahun menguasai parlemen kini harus berbagi dengan partai lain di parlemen yang mempunyai 150 kursi. Jumlah anggota Liberal yang tadinya 76 orang berkurang menjadi 75 orang. Padahal, Perdana Menteri Scott Morrison sudah berupaya sedemikian rupa menarik komunitas Yahudi yang berjumlah 13 persen di Wentworth dengan menyampaikan rencana untuk memindahkan Kedutaan Besar Australia di Israel dari Tel Aviv ke Jerusalem.
”Rakyat di Wentworth sudah bersuara. Mereka bersuara keras dan jelas. Saya mendengar pesan mereka. Saya berharap anggota parlemen lain mendengar pesan ini juga,” kata Phelps, dokter yang juga aktivis pembela kaum minoritas.
Phelps meyakini rakyat menolak kebijakan keras yang diterapkan oleh pemerintah terhadap para pencari suaka, terutama terkait masalah penampungan di pulau kecil Nauru. Seperti diketahui, di pulau ini dan di pulau lain di Papua Niugini, pencari suaka yang tertangkap dibiarkan tanpa kejelasan. Sebagian di antaranya menderita depresi.
”Apa yang sudah dikatakan orang Australia adalah tidak baik mengurung orang di pulau yang terpisah dari Australia tanpa batas waktu, tanpa alasan selain bahwa mereka mencari suaka di pantai kita,” kata Phelps. ”Anak-anak di Nauru harus segera dievakuasi.”
Sekitar 1.000 pencari suaka saat ini ditempatkan di Pulau Nauru. Sebanyak 38 anak-anak yang ikut orangtuanya dikabarkan memiliki kondisi kesehatan yang sangat mengkhawatirkan. Tekanan terus disampaikan kepada pemerintah dari para dokter hingga kelompok-kelompok pembela hak asasi agar memberi pengecualian terhadap anak-anak.
Amerika Serikat setuju untuk memberi suaka kepada 1.250 pengungsi di Nauru dan Papua Niugini. Namun, sejauh ini setelah setahun diteliti, hanya 439 orang yang bisa diterima di AS. (AP/REUTERS)