Peningkatan kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menjaga kebersihan belum diimbangi berubahnya perilaku masyarakat Jakarta. Sampah warga masih dibuang ke sungai dan saluran air. Belum ada kesadaran masif dari warga untuk mengurangi sampah.
Pelaksana Tugas Kepala Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, masyarakat Jakarta masih membuang sampah ke sungai. Hal ini terutama ditemui di kawasan permukiman yang rumahnya mepet dengan sungai. ”Contohnya di Krukut Bawah di kawasan Tanah Abang dan di Tegal Amba di Duren Sawit, Jakarta Timur, karena rumah-rumah di kawasan itu tepat di bibir sungai,” katanya, Sabtu (3/11/2018).
Saat ini, volume sampah yang diambil dari sungai-sungai Jakarta 300-400 ton per hari. Namun, jumlah ini bisa melonjak pada awal-awal musim hujan saat arus air membawa sampah yang selama ini mengendap. Di pintu air Manggarai, Jakarta Selatan, misalnya, sampah pada awal musim hujan bisa melonjak puluhan kali lipat.
Dari rata-rata 1 truk sampah sehari, pada 20-22 Oktober petugas UPK Badan Air Provinsi DKI Jakarta mengangkut sampah sebanyak 78 truk dan pada 23-24 Oktober sebanyak 102 truk.
Sampai-sampai kami suka bercanda, kalau ada pengantin baru cari perabot, bisa cari di sungai.
Beragam sampah bisa ditemukan di sungai pada awal musim hujan, mulai dari batang kayu, plastik, dan styrofoam hingga perabot rumah tangga, seperti sofa dan kasur. ”Sampai-sampai kami suka bercanda, kalau ada pengantin baru cari perabot, bisa cari di sungai,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji.
Selain dari hulu sungai, sampah yang terbawa hujan ini juga berasal dari sampah warga DKI Jakarta, terutama dari saluran air di kawasan permukiman yang selama ini belum terjangkau pasukan oranye UPK Badan Air DKI Jakarta.
Dengan titik penjagaan sekitar 1.800 lokasi, UPK Badan Air DKI Jakarta hanya menjaga kebersihan sungai dan saluran air besar. Adapun kebersihan saluran-saluran air di permukiman merupakan tanggung jawab kelurahan setempat.
Menurut Andono, perlu ada terobosan pendekatan untuk mengubah perilaku warga membuang sampah di sungai. ”Upaya sudah dilakukan, tetapi belum ada perubahan perilaku secara luas. Bahkan berulang kali terjadi, ada orang buang sampah di sungai tepat saat kami sedang membersihkan,” ujarnya.
Tak hanya di sungai, di kawasan pinggiran, tumpukan sampah juga terlihat di luar tempat pembuangan sampah tak resmi. Beberapa berada di lokasi yang sulit dijangkau, seperti di kolong jalan layang atau pinggiran rel. Akibatnya, tumpukan sampah tak terambil. Salah satunya terjadi di kolong Tol Ir Wiyoto Wiyono di kawasan Papanggo, Jakarta Utara, yang mencapai 1.644 ton setelah pembersihan 28 hari awal tahun ini.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, saat ini Jakarta mengirim 7.000-7.500 ton sampah per hari ke TPST Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Jumlah ini meningkat dari tahun 2012 sekitar 6.500 ton sehari.
Jumlah ini merupakan sampah yang diangkut oleh petugas. Jumlah riilnya, dengan asumsi setiap orang menghasilkan sampah 0,5 kilogram per hari, DKI Jakarta dengan penduduk 10,37 juta jiwa menghasilkan 5.000 ton sampah per hari.