Roah Segare, Kearifan Nelayan Lombok Barat Menjaga Lautan
Oleh
KHAERUL ANWAR
·2 menit baca
Masyarakat sepanjang pesisir Pantai Kuranji, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, melaksanakan tradisi Roah Segare (Ruwatan Laut) pada Minggu (4/11/2018). Ruwatan ini adalah cara nelayan memelihara sumber daya laut yang telah memberi mereka kehidupan.
Tradisi ini rutin dilaksanakan masyarakat nelayan tiap menjelang bulan Mulud (bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW), terutama warga sekitar Desa Kuranji Dalang, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat.
Roah Segare diawali dengan pembacaan Barzanji, Selakar, zikir, dan doa, dilanjutkan dengan membawa dulang penamat (sesaji)—yang sudah didoakan—ke tepi pantai untuk kemudian dilarung ke laut.
”Melarung sesaji itu adalah manifestasi rasa syukur kami telah dijauhi dari segala musibah dan bencana. Begini pula leluhur mengajarkan kami memelihara laut yang memberikan kami rezeki melimpah,” kata Sukadin, Kepala Desa Kuranji Dalang.
Setelah acara Roah Segare, nelayan tidak boleh melaut atau menangkap selama tiga hari. Jika ini dilanggar, diyakini nelayan akan mendapat bala (bencana). Namun, pesan yang ingin disampaikan antara lain memberikan kesempatan makhluk hidup di laut beranak-pinak karena akan habis apabila dieksploitasi terus-menerus. Setelah ada jeda, nelayan berharap memiliki harapan dan semangat baru mendapatkan tangkapan.
Tokoh adat Desa Kuranji Dalang, Safrudin, mengatakan, Roah Segare merupakan sarana untuk berdoa kepada Tuhan agar nelayan selamat dari bahaya saat melaut. ”Jika ada angin besar, misalnya, perahu bisa selamat, nyawa pun akan selamat,” ujarnya.
Menurut Asisten I Bidang Aparatur dan Pemerintahan Setda Lombok Barat Ilham, Roah Segare bersumber dari kearifan lokal warga yang harus dilestarikan sebab tradisi ini mengajarkan kesinambungan ekologi dan menjaga ekosistem pantai agar tetap memberikan berkah dalam kehidupan nelayan.
Tradisi ini juga sebagai wujud kebersamaan dan kekeluargaan bagi nelayan. Hal itu tergambar di akhir acara tersebut berupa acara santap bersama masyarakat dan tamu, yang disebut begibung. Rupa-rupa makanan khas diletakkan dalam nampan dan setiap nampan disantap dua-tiga orang.
”Kalau Roah Segare dipersiapkan secara maksimal, bisa menjadi atraksi wisata,” ucap Ilham.