”Nyampah” Jadi Kebiasaan karena Warga Tak Juga Paham
Oleh
Neli Triana
·4 menit baca
Kesadaran warga Kota Bekasi, Jawa Barat, terhadap lingkungan bebas sampah masih kurang. Hal tersebut terlihat dari banyaknya tempat pembuangan sampah liar yang tidak hanya berada di tepi jalan raya, tetapi juga di sekitar permukiman penduduk.
Di sepanjang Jalan Rawa Indah II, Kelurahan Jaticempaka, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, Sabtu (3/11/2018) pagi, gunungan sampah terlihat di sebuah tanah kosong yang mempunyai luas sekitar 300 meter persegi. Lahan itu diapit dua rumah penduduk. Tinggi tumpukan sampah di tempat itu sekitar 1 meter.
Plastik yang membungkus sampah rumah tangga memenuhi beberapa sisi tanah. Di bawah tumpukan sampah baru terdapat bekas pembakaran sampah berupa abu dan sisa plastik yang tidak terbakar habis. Di salah satu tembok yang membatasi tanah kosong terdapat tulisan ”Dilarang Buang Sampah di Sini” yang telah ditulis berulang-ulang dengan ukuran berbeda.
Warga yang tinggal di sekitar wilayah tersebut mengaku tindakan ini bukan perbuatan mereka. Salah satunya adalah Fajar. Ia mengatakan, orang yang membuang sampah di tanah tersebut melakukannya saat hari masih subuh. Perbuatan ini terus terjadi setiap hari. Akibatnya, sampah yang menggunung menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu.
”Tidak ada yang membuang di sana pada siang atau sore hari. Soalnya, kami pasti memperhatikan kendaraan yang lewat,” kata Fajar.
Sementara warga lainnya, Esih, mengatakan, tanah tersebut sudah menjadi tempat pembuangan sampah selama sekitar 10 tahun. Berbagai usaha warga, mulai dari penulisan peringatan hingga patroli, tidak membuat oknum yang bertindak kapok.
Esih merasa terganggu dengan adanya gundukan sampah di dekat rumahnya. Jika sampah sudah banyak dan tidak diangkat oleh petugas, bau busuk akan tercium hingga ke rumahnya yang hanya berjarak sekitar 30 meter dari lahan pembuangan sampah.
”Kalau sudah menumpuk, biasanya dibakar oleh warga. Kami juga melakukan kerja bakti sebulan sekali untuk membersihkan.Namun, masih ada saja yang membuang (sampah) lagi,” katanya.
Pemandangan serupa juga dapat dilihat pada sisi Jalan Profesor Mohammad Yamin, Bekasi Timur. Tidak jauh dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Ananda, beberapa kantong plastik dan sampah lainnya menyumbat saluran air meski alirannya relatif kecil.
Menurut Ari, pada hari kerja tumpukan sampah akan terlihat di wilayah tersebut. Banyak pengendara motor membawa plastik berisi sampah yang akan membuangnya di sisi jalan. Peringatan yang diberikan warga sekitar juga tidak digubris oleh pelaku.
”Mereka langsung ngebut setelah buang sampah di sini,” ujar Ari.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Djumhana Luthfi mengungkapkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya pembuangan sampah secara sembarangan. Salah satu caranya dengan melakukan operasi tangkap tangan (OTT) di wilayah yang dinilai menjadi titik utama pelaku contohnya di jalan-jalan besar.
Orang yang ketahuan membuang sampah sembarangan akan diminta untuk membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan perbuatan serupa. Selain itu, mereka akan dibina oleh dinas seputar kesadaran buang sampah pada tempatnya.
Selain itu, Djumhana menjelaskan, ia telah membuat rencana aksi untuk menutup tempat pembuangan sampah (TPS) liar yang ada di Kota Bekasi. Menurut Djumhana, saat ini masih ada 88 TPS liar yang tersebar di 12 kecamatan.
”Kami menargetkan akan menutup 50 TPS liar selama November dan Desember,” kata Djumhana.
Selain usaha dari pemerintah kota, Djumhana juga mengimbau masyarakat agar memiliki kesadaran sendiri untuk mewujudkan lingkungan bebas sampah. Program yang dilaksanakan pemkot akan berjalan baik jika dibarengi dengan partisipasi warga.
Kota Bekasi menyumbang sekitar 1.900 ton sampah per hari ke TPST Bantargebang. Sementara setiap orang di Bekasi memproduksi rata-rata 0,7 kilogram sampah setiap hari.
Kurang orang
Djumhana juga mengatakan agar pengumpulan sampah dari tingkat terbawah berjalan optimal, sumber daya manusia dan sarana-prasarana perlu ditambah.
Saat ini, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi memiliki 1.650 petugas kebersihan dan 230 kendaraan pengangkut sampah yang terdiri dari sepeda motor roda tiga dengan bak dan truk sampah. Jumlah tersebut masih jauh di bawah kebutuhan.
”Idealnya kami memiliki sekitar 4.000 petugas dan 400 kendaraan pengangkut. Tahun ini saya sudah mengajukan penambahan sekitar 2.000 personel dan 40 kendaraan,” kata Djumhana.