MALUKU TENGGARA BARAT, KOMPAS — Bank Indonesia terus mengembangkan jalur distribusi peredaran uang, terutama di pulau-pulau tertinggal, terdepan, dan terluar, di Indonesia bagian timur. Hal itu dalam rangka melayani kebutuhan uang masyarakat dan memperjuangkan kedaulatan rupiah.
Untuk wilayah kepulauan, selama ini Bank Indonesia telah bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI) AL), PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), dan Kepolisian Air. Kerja sama itu dalam bentuk distribusi uang tunai BI pusat dengan BI di daerah, BI dengan bank-bank dan pemerintah daerah, dan BI dengan masyarakat.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Heru Pranoto, Minggu (4/11/2018), di Saumlaki, Pulau Yamdena, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, mengatakan, BI terus mengembangkan jalur distribusi uang tunai. Tujuannya menjaga kelancaran sistem pembayaran, khususnya uang tunai, sebagai urat nadi perekonomian.
Saat ini BI tengah mengevaluasi pendistribusian uang tunai agar semakin efisien. BI juga tengah membahas kerja sama pemanfaatan tol laut dengan Kementerian Perhubungan.
”Ketersediaan transportasi memang menjadi kendala besar pendistribusian uang di daerah-daerah terpencil, serta pulau-pulau tertinggal dan terdepan. Di wilayah timur Indonesia, kami bekerja sama dengan TNI untuk menjangkau pulau-pulau terdepan dan tertinggal, sedangkan di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, kami menggandeng Kepolisian Air,” katanya.
Pada 31 Oktober-9 November 2018, BI bekerja sama dengan TNI AL menggelar Ekspedisi Kas Keliling Pulau-Pulau Tertinggal, Terdepan, dan Terpencil. Sasarannya adalah Pulau Kasui, Kei Kecil, Yamdena, Leti, Wetar, Alor, Pantar, dan Solor di Provinsi Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Pulau-pulau itu berbatasan dengan Australia dan Timor Leste. Total uang tunai yang dibawa BI dalam ekspedisi itu Rp 7 miliar.
Tema ekspedisi ke-48 itu adalah Rupiah Jelajah Nusantara, Bela Negara Tanpa Senjata. Kegiatannya berupa layanan kas keliling atau penukaran uang, sosialisasi keaslian rupiah untuk mengeliminasi peredaran uang palsu, memberikan bantuan sosial, dan melakukan pengobatan gratis. Selain itu, BI juga melakukan penelitian tentang kemungkinan upaya-upaya riil yang dapat dilakukan untuk meningkatkan eksistensi rupiah dan pengembangan perekonomian setempat.
”Melaui ekspedisi itu, ketersediaan rupiah di pulau-pulau tersebut dapat terpenuhi dalam jumlah yang cukup dan kondisi layak edar, sehingga dapat menggerakkan ekonomi setempat. Uang palsu dan penggunaan mata uang asing yang kami temui juga semakin jarang. Rasio uang palsu yang beredar juga turun menjadi 8 lembar uang palsu per 1 juta uang asli yang beredar,” ujarnya.
Asisten Operasi Gugus Keamanan Laut Armada III TNI AL Kolonel Ronald Arun menambahkan, TNI juga turut berperan dalam pemerataan ekonomi di Indonesia. Salah satunya adalah membantu pemerintah dan BI mendistribusikan uang tunai ke daerah-daerah terpencil, terdepan, dan tertinggal, serta menjaga keamanan distribusi itu.
”Peredaran uang tunai juga harus sampai ke masyarakat paling terpencil dan tertinggal. Tidak hanya uang lama, tetapi juga uang baru yang diterbitkan BI. Dengan peredaran rupiah yang merata, berarti kedaulatan Indonesia turut terjaga,” katanya.
Tantangan
Ketua Rombongan Tim Ekspedisi Kasa Keliling Pulau-pulau Terdepan, Tertinggal, dan Terluar BI Bonaryadi mengemukakan, dalam ekspedisi itu ditemukan banyak uang yang lusuh, rusak, dan dicorat-coret. Masyarakat kepulauan juga lebih banyak menggunakan uang-uang pecahan kecil atau di bawah Rp 10.000 dalam bertransaksi.
Dalam layanan kas keliling atau penukaran uang itu, BI juga bekerja sama dengan pedagang besar atau masyarakat pemilik toko-toko ritel. Mereka biasanya banyak mendapatkan uang-uang lusuh, rusak, dan sudah dicoret-coret dari masyarakat.
”Tantangan utama dalam pendistribusian itu adalah cuaca buruk, gelombang tinggi, dan infrastruktur pelabuhan yang kurang memadai. Apabila ada pelabuhan yang tidak bisa disandari kapal besar, BI dan TNI menggunakan kapal-kapal sekoci,” ujarnya.
Idris (27), pedagang Pasar Saumlaki, mengaku terbantu dengan layanan kas keliling. Sebab, selama ini para pedagang kesulitan mendapatkan pecahan kecil rupiah dan menukarkan uang yang lusuh dan rusak. ”Kami biasanya menukarkan pecahan kecil ke pedagang besar. Layanan penukaran uang itu juga sangat jarang dilakukan. Untuk itu, kami berharap BI bekerja sama dengan bank-bank di pulau-pulau kecil agar lebih sering memberikan layanan tersebut,” katanya.